Pernahkah Sahabat Harapan mendengar bahwa pasangan itu saling melengkapi, dua orang dengan kepribadian berbeda mengisi kekurangan satu sama lain? Apakah benar begitu? Apakah tidak sebaiknya dua orang dengan kepribadian yang sama bertemu dan memahami satu sama lain?
Pendekatan terhadap sebuah hubungan antara dua karakteristik kepribadian terdiri atas dua hipotesis. Yang pertama disebut similarity hypothesis, yaitu apabila dua orang memiliki sikap dan kebutuhan yang mirip, mereka akan menyukai satu sama lain. Yang kedua disebut complementary needs hypothesis, yaitu apabila dua orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda tetapi saling bergantung, mereka akan tertarik satu sama lain. Ketergantungan yang dialami terjadi pada dua dimensi kepribadian, yaitu nurturance-receptivity (kecenderungan untuk memberi vs kecenderungan untuk menerima) dan dominance-submissive (kecenderungan untuk mendominasi vs kecenderungan untuk menerima dominasi). Individu dengan tipe kepribadian nurturance akan tertarik pada individu dengan tipe kepribadian receptivity, dan individu dengan tipe kepribadian dominance akan tertarik pada individu dengan tipe kepribadian submissive.
Opposites Rarely Attracts
Persepsi atau pemikiran bahwa opposites attract sering kali kita lihat di cerita dongeng, serial TV, maupun film. Sebuah penelitian menemukan bahwa 80% dari kita percaya dengan opposites attract. Sayangnya, hampir semua bukti yang ditemukan dari penelitian-penelitian menemukan bahwa ide ini merupakan sebuah mitos dan bahwa ketertarikan antara dua orang yang berbeda atau bertolak-belakang jarang sekali terjadi. Seorang psikolog, Donn Byrne, melakukan penelitian yang melihat dampak kesamaan pada tahap awal sebuah hubungan melalui metode yang disebut phantom stranger technique. Melalui penelitian ini, partisipan penelitian diminta untuk mengisi kuesioner mengenai sikap mereka terhadap berbagai topik. Selanjutnya, partisipan diminta untuk mengevaluasi orang lain berdasarkan jawaban terhadap kuesioner yang sama. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesamaan antara partisipan dan orang lain, ditemukan bahwa partisipan lebih merasa tertarik pada orang lain yang memiliki sikap yang sama dengannya. Bahkan, semakin tinggi tingkat kesamaan, semakin besar ketertarikan yang dirasakan.
Byrne berpendapat bahwa kebanyakan dari kita membutuhkan pandangan mengenai dunia yang logis dan konsisten. Kita cenderung menyukai ide dan keyakinan yang mendukung dan memperkuat konsistensi itu. Orang yang setuju dengan kita memvalidasi sikap kita dan memenuhi kebutuhan kita, sedangkan orang yang tidak setuju dengan kita cenderung meningkatkan perasaan negatif (kecemasan, kebingungan, dan bahkan kemarahan) yang mengarah pada penolakan. Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat ketertarikan yang lebih besar kepada orang lain yang memiliki dimensi sosiodemografi yang sama. Misalnya, pengguna dating apps lebih cenderung menghubungi dan membalas pesan orang lain yang memiliki latar belakang pendidikan, usia, dan etnis yang sama dengan mereka.
Opposites Attract
Seorang psikolog bernama Arthur Aron mengungkapkan bahwa kesamaan dalam sebuah hubungan itu penting, namun ada saatnya kesamaan ini justru merusak ketertarikan antara dua orang. Seseorang membutuhkan pengembangan diri. Hal ini merupakan salah satu alasan kita membangun hubungan dengan orang lain, yaitu untuk mendapatkan beberapa kualitas yang mendorong pengembangan diri tersebut. Kita cenderung tertarik pada orang lain yang menawarkan potensi pengembangan diri yang lebih besar. Sementara, orang lain yang memiliki nilai dan sifat yang sama memberikan potensi pengembangan diri yang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, terkadang perbedaan merupakan sesuatu yang menarik, terutama jika kita percaya bahwa ada kemungkinan hubungan melangkah lebih jauh. Namun, hal ini menjadi rumit ketika kita mempertimbangkan cara pasangan berperilaku di kehidupan nyata dimana mereka cenderung mementingkan ego masing-masing sehingga pengembangan diri yang diharapkan tidak terjadi dan justru mendorong terjadinya pertikaian.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa ketertarikan antara dua orang dengan karakteristik kepribadian yang berbeda dan saling melengkapi disebabkan oleh kesepakatan eksplisit atau implisit untuk berperilaku tertentu. Secara umum, harapan peran yang saling melengkapi dapat menjadi landasan untuk berhubungan satu sama lain dengan cara yang berbeda tetapi saling bergantung. Di dalam sebuah hubungan, wanita dan pria diharapkan untuk memiliki peran yang sangat berbeda, seperti pria diharapkan untuk memberikan nafkah dan wanita diharapkan untuk mengasuh anak. Perbedaan harapan ini disebut sikap masculine sex-role dan feminine sex-role. Harapan-harapan ini yang membuat sikap dan perilaku pria dan wanita dalam menjalani hubungan menjadi berbeda.
Dengan demikian, ketertarikan individu terhadap individu lainnya berhubungan dengan sikap terhadap peran yang akan dijalani oleh satu sama lain dalam hubungan. Apabila keduanya memiliki sikap terhadap peran yang berbeda, pria memiliki sikap masculine sex-role dan wanita memiliki sikap feminine sex-role, maka ketertarikan tersebut akan muncul. Perbedaan mengarah pada ketertarikan, namun perbedaan ini didasari oleh sikap terhadap peran dan bukan dimensi kepribadian. Dengan demikian, argumen tersebut menyatakan bahwa perbedaan atau sikap yang berlawanan memang mengarah pada ketertarikan, tetapi hal itu didasarkan pada sikap peran timbal balik dan bukan pada dimensi kepribadian.
Berdasarkan penjelasan di atas, contohnya apabila seorang wanita memiliki sikap terhadap peran seorang istri bahwa istri harus diam di rumah dan merawat serta mendidik anak-anak dan wanita tersebut menjalani hubungan dengan pria yang memiliki sikap terhadap peran yang sama bahwa ia lebih menyukai berada diam di rumah dan merawat serta mendidik anak-anak, maka hubungan yang dijalani dua orang dengan sikap terhadap peran yang sama ini akan menimbulkan konflik di kemudian hari. Kesamaan sikap terhadap peran dapat ditoleransi apabila kesamaan tersebut memperkuat hubungan, namun apabila tidak memperkuat hubungan maka similarity attraction (ketertarikan yang terjadi karena persamaan) tidak dapat terjadi, misalnya di keluarga dengan status sosial ekonomi rendah sehingga suami dan istri harus keluar rumah dan mencari nafkah. Kesamaan peran ini dapat diterima karena memberikan kontribusi yang saling menguntungkan dan memperkuat hubungan yang sedang dijalani.
Uraian di atas menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan pendapat dan cara mempersepsikan perbedaan itu sendiri. Di dalam sebuah hubungan, terdapat banyak sekali aspek yang harus diperhatikan dan kita tidak dapat melihat sebuah hubungan sebagai sesuatu yang black and white. Berbicara soal peran, kita tidak bisa memisahkan lingkungan tempat kita tinggal dan dibesarkan serta nilai dan norma yang ditanamkan pada diri kita sejak kecil. Maskulin atau feminin, keduanya merupakan bentukan lingkungan sosial sehingga tidak ada jawaban benar dan salah. Yang ada adalah senyaman apa kita terhadap peran yang sudah diberikan kepada kita. Kita dapat bergerak di luar stigma peran yang sudah dibentuk di dalam masyarakat, asalkan kita merasa nyaman dan terdapat kesepakatan antara dua belah pihak yang akan menjalani hubungan. Kesediaan untuk melakukan kompromi dan komitmen untuk menjalin hubungan meskipun terdapat perbedaan-perbedaan merupakan hal yang terpenting.
References:
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1