Sibling Rivalry

Pertengkaran antaranak adalah situasi yang mungkin sering kita jumpai di rumah. Anak-anak bertengkar satu sama lain karena memperebutkan sesuatu, entah mainan, makanan, pakaian, teman dan lain-lain. Ada pula konflik yang terjadi karena si sulung memukul adiknya karena merasa cemburu dengan adik yang dianggap merebut perhatian orang tua. Persaingan antarsaudara ini disebut sebagai sibling rivalry

Sibling rivalry sebagian besar terjadi antarsaudara kandung. Bentuk persaingan yang terjadi dapat berupa verbal atau serangan fisik, rasa marah atau frustrasi, tuntutan terus-menerus untuk mendapatkan perhatian, atau kecemasan yang bersifat regresif*. Konflik atau persaingan antarsaudara kandung dapat memicu bullying dan agresivitas jika tidak diatasi. Penelitian menemukan bahwa konflik atau persaingan saudara kandung di masa kanak-kanak dikaitkan dengan penyesuaian yang lebih buruk di kemudian hari. 

Di sisi lain, persaingan antarsaudara juga dapat mendatangkan manfaat bagi anak jika orang tua mampu menangani dengan baik. Persaingan yang sehat antarsaudara dapat melatih keterampilan sosial dan kognitif yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya. Persaingan ini dapat menjadi bagian dari cara anak belajar bergaul dan menghormati orang lain, menyelesaikan perbedaan atau konflik, bernegosiasi tanpa menyakiti orang lain, belajar bagaimana bersikap adil terhadap orang lain.

Sayangnya, orang tua seringkali tidak mampu mengatasi persaingan antaranak. Orang tua merespon secara kurang tepat ketika terjadi persaingan antaranak karena orang tua ingin menyelesaikan konflik dengan cepat. Bahkan tidak jarang orangtua memaksa salah satu pihak untuk mengalah atau memaafkan anak lainnya tanpa mendengarkan pendapat atau penjelasan anak. Terkadang orang tua berpikir yang terbaik adalah membiarkan anak-anak menyelesaikan perbedaan atau konflik mereka sendiri. Padahal anak-anak usia dini belum mengetahui bagaimana cara menyelesaikan konflik. Oleh karena itu, orang tua perlu berperan sebagai role model atau panutan yang baik untuk membantu anak-anak menyelesaikan konflik atau permasalahan dengan adil sampai anak belajar untuk melakukan ini untuk diri mereka sendiri. 

Berikut ini beberapa upaya yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi persaingan antarsaudara yang terjadi pada anak-anak: 

  1. Amati perilaku anak dan cermati apa yang sebenarnya menjadi akar penyebab dari persaingan anak, serta kapan biasanya persaingan terjadi, misalnya ketika anak-anak lelah, ketika ada tamu datang ke rumah dan lain-lain. 
  2. Jangan sampai membuat perbandingan antarsaudara kandung atau menunjukkan sikap pilih kasih yang jelas antara satu anak ke anak lainnya. Fokus pada kekuatan dan kelebihan masing-masing anak dan tidak menggunakan kelemahan mereka sebagai cara untuk membandingkan mereka. 
  3. Kesabaran, cinta kasih, pengertian, dan humor adalah keterampilan orang tua yang penting untuk ditingkatkan untuk meminimalkan persaingan saudara kandung
  4. Ajarkan anak untuk melakukan negosiasi untuk mencari jalan tengah ketika terjadi konflik atau persaingan antar saudara karena memperebutkan sesuatu. 
  5. Sampaikan secara spesifik pada anak tentang batasan-batasan perilaku positif dan negatif. Atau bantu anak untuk menetapkan aturan tentang bagaimana orang memperlakukan satu sama lain, misalnya “Kakak-adik bermain bergiliran”, “Sampaikan keinginan dengan bicara, bukan dengan memukul atau merebut”. Catat batasan atau kesepakatan perilaku tersebut dan letakkan di tempat yang sering dilihat anak untuk mengingatkan mereka. Akan lebih baik jika disertakan konsekuensi yang jelas jika anak melanggar batasan perilaku atau kesepakatan tersebut.
  6. Ketika kakak-adik bertengkar, jangan memaksa mereka untuk langsung mengatakan “maaf”. Beri waktu pada anak agar emosinya menjadi “dingin”, baru kemudian dorong anak untuk menemukan cara untuk memperbaiki situasi. Anak-anak umumnya mudah memaafkan sehingga orang tua hanya perlu memberi waktu pada anak untuk membenahi emosinya untuk bisa memaafkan saudaranya. 
  7. Hindari melabeli anak sebagai pesaing atau musuh saudaranya dengan memberikan komentar yang positif, misalnya jangan berkata, “Kenapa kakak gangguin adik terus?”, “Kok adik selalu merebut mainan kakak”. Lebih baik katakan, “Kakak dan adik bisa saling bekerja sama loh” atau “Adik sama kakak bisa saling bergantian mainnya”
  8. Ajarkan anak untuk menghormati kepemilikan barang-barang pribadi saudaranya dengan cara meminta izin sebelum menggunakan atau meminjam barang tersebut. 
  9. Sediakan zona atau wilayah pribadi (personal zone/territory) untuk anak dapat menghabiskan waktu sendiri tanpa adanya interupsi dari saudara atau teman lain. 
  10. Berikan pujian pada anak-anak setiap kali mereka rukun.
  11. Buatlah jadwal secara teratur untuk menghabiskan waktu dengan setiap anak (one to one) tanpa ada interupsi atau gangguan dari anak lainnya.
  12. Libatkan masing-masing anak untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana di rumah, misalnya kakak mencuci piring, adik menata piring di meja makan. 

Jika cara-cara di atas belum mampu mengatasi sibling rivalry pada anak atau muncul kekerasan fisik maupun verbal sebagai dampak dari sibling rivalry, maka sebaiknya orang tua berkonsultasi pada profesional untuk mencari tahu penyebabnya dan memperbaiki situasi ini agar tidak berlarut-larut memberikan dampak yang negatif terhadap psikologis anak. 

Keterangan kata berbintang (*)

  • Regresif: tidak sesuai dengan perkembangan usia anak

References

  • Buist, K. L., Deković, M., & Prinzie, P. (2013). Sibling relationship quality and psychopathology of children and adolescents: A meta-analysis. Clinical Psychology Review33(1), 97-106.
  • Hashim, R., Ahmad, H., Mazuki, M. A., Bahrin, N. L. Z., & Ahmad, A. (2017). Sibling rivalry and offspring conflict: A review. Advanced Science Letters23(1), 3-6.
  • Howe, N., & Recchia, H. (2006). Sibling relations and their impact on children’s development. Encyclopedia on early childhood development, 1-8.
2021 © All Rights Reserved. LembarHarapan.id