Mengasuh anak seringkali identik dengan tugas atau peran seorang Ibu. Padahal dalam sebuah pengasuhan, Ibu dan Ayah memiliki peran masing-masing yang berkontribusi besar dalam perkembangan anak. Menurut penelitian, keterlibatan ayah dalam pengasuhan memberikan peran yang besar bagi perkembangan sosial-emosional, intelektual, bahasa dan motorik anak. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah ditentukan oleh kualitas interaksi antara ayah dan anak-anak mereka. Keterlibatan ayah akan lebih bernilai jika ayah mampu untuk responsif terhadap kebutuhan anak daripada hanya menghabiskan waktu dengan anak mereka tanpa terlibat aktif. Agar lebih memahami cara unik dan spesifik ayah dalam mempengaruhi kehidupan anak-anak, para peneliti mempelajari banyak peran yang dimainkan ayah dalam perkembangan anak. Berikut ini merupakan rangkuman hasil penelitian-penelitian yang berkaitan dengan bagaimana keterlibatan ayah terhadap perkembangan anak.
Pada anak perempuan, ayah mereka adalah sebuah cerminan dari keamanan dan dukungan emosional. Ayah menjadi sosok yang menjadi contoh bagaimana seorang laki-laki berinteraksi dengan seorang perempuan. Maka dari itu, apabila ayah mereka memberikan pengasuhan yang positif, seringkali anak perempuan mencari sosok pendamping yang mirip dengan ayahnya. Jika seorang ayah penuh kasih dan lembut, putrinya akan mencari sifat-sifat itu pada pria ketika dia cukup umur untuk mulai berkencan. Jika seorang ayah kuat dan gagah berani, dia juga akan berhubungan erat dengan pria dengan karakter yang sama.
Tidak seperti anak perempuan yang mencontoh hubungan mereka dengan orang lain berdasarkan karakter ayah mereka, anak laki-laki meniru karakter ayah mereka. Anak laki-laki akan mencari persetujuan dari ayah mereka sejak usia sangat muda. Jika seorang ayah peduli dan memperlakukan orang dengan hormat, anak laki-laki itu akan tumbuh dengan cara yang sama. Ketika seorang ayah tidak ada, anak laki-laki akan melihat ke figur laki-laki lain untuk menetapkan “aturan” tentang bagaimana berperilaku dan bertahan hidup.
Kenyataannya, tidak semua ayah mampu “hadir” dalam kehidupan anak. Ketidakhadiran ayah bisa disebabkan karena adanya perceraian orang tua, meninggal, berpisah rumah dan lain sebagainya. Apabila dihadapkan pada kondisi demikian, hal yang dapat dilakukan oleh seorang ibu adalah membantu anak menemukan figur laki-laki yang positif yang dapat menjadi panutan dan mentor bagi anak. Figur tersebut dapat dibantu dengan kehadiran saudara, keluarga dekat, teman atau guru di sekolah yang terpercaya.
Apabila figur ayah masih dapat dijangkau, sebisa mungkin bekerjasama dengan Ayah untuk tetap terlibat dalam perkembangan anak. Ayah bisa membuat sebuah video yang membacakan buku cerita/dongeng kepada anak, kemudian rekaman tersebut dapat ditonton/didengarkan oleh anak sebelum tidur. Ayah dapat melakukan telepon atau komunikasi rutin dengan anak untuk mendengarkan cerita-cerita anak dan memberikan solusi kepada permasalahan mereka. Ingatlah bahwa yang terpenting bagi anak adalah “keterlibatan” dan “kehadiran” orang tua. Waktu yang singkat akan lebih bernilai jika Anda bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan terlibat interaksi aktif dengan anak.
Referensi:
Merupakan seorang Psikolog Klinis yang memiliki peminatan pada bidang perkembangan anak usia dini dan anak berkebutuhan khusus serta mengkaji kesejahteraan psikologis individu dalam lingkup karir dan kesehatan.
Alumni Sarjana Psikologi, Universitas Udayana, Bali
Alumni Magister Profesi Psikologi Klinis, Universitas Airlangga, Surabaya
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3356-21-2-1