“Everybody is genius, but if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid” – Albert Einstein
Kecerdasan merupakan sebuah variabel unik dan misterius yang ada pada diri manusia. Dikatakan unik dan misterius karena setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan tidak pernah ada yang sama persis antara satu dengan lainnya. Faktor-faktor yang membentuk kecerdasan ini pun tidak diketahui pasti karena bahkan anak yang lahir dari orang tua yang sama memiliki kemampuan atau taraf kecerdasan yang berbeda-beda.
Umumnya seseorang dapat dikatakan cerdas jika mereka mampu meraih nilai yang tinggi pada setiap mata pelajaran di sekolah. Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, kecerdasan bukanlah sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif atau hanya dengan angka. Seorang psikolog bernama Howard Gardner mengungkapkan pendapatnya mengenai arti dari kecerdasan. Gardner tidak setuju dengan pendapat masyarakat umum yang menyatakan bahwa “Anak itu tidak pintar, tapi dia punya bakat luar biasa di bidang musik”, Gardner memandang bahwa semua anak cerdas sehingga kemampuan seseorang yang luar biasa dalam bidang musik, spasial, olah tubuh dan lain-lain bukan hanya sekedar bakat melainkan sebuah kecerdasan.
Gardner memetakan berbagai kemampuan yang dimiliki manusia dengan mengelompokkan kemampuan mereka ke dalam delapan kategori komprehensif atau kecerdasan. Hal ini dikenal dengan istilah multiple intelligences atau kecerdasan majemuk, yang terdiri dari:
Linguistik
Kapasitas untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan atau tertulis. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk memanipulasi struktur bahasa, seperti: fonologi atau bunyi bahasa; semantik atau makna bahasa; dan pragmatis atau penggunaan praktis bahasa. Individu yang memiliki kecerdasan linguistik biasanya mampu untuk meyakinkan orang lain untuk mengambil tindakan tertentu (retorika); lebih mudah mengingat informasi yang menggunakan bahasa lisan maupun tertulis (mnemonik), mampu menggunakan bahasa untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain (explanation), dan menggunakan bahasa untuk berbicara tentang dirinya sendiri misalnya mengungkapkan ide/gagasan atau mengekspresikan dirinya (meta-language).
Contoh Linguistik Lisan: pendongeng, orator (orang yang ahli berpidato), atau politisi.
Contoh Linguistik Tertulis: penyair, dramawan (penulis/pemain drama), editor, atau jurnalis.
Logis-matematis
Kapasitas untuk menggunakan angka secara efektif dan untuk bernalar dengan baik. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap pola dan hubungan logis, pernyataan dan proposisi (jika-maka, sebab-akibat), fungsi, dan hal-hal abstrak lainnya. Jenis-jenis proses yang digunakan dalam kecerdasan logika-matematis meliputi kategorisasi, klasifikasi, inferensi, generalisasi, perhitungan, dan pengujian hipotesis.
Contoh: ahli matematika, akuntan pajak, atau ahli statistik, ilmuwan, pemrogram komputer, atau ahli logika.
Spasial
Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, bentuk ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur tersebut.
Bodily-kinesthetic
Keahlian dalam menggunakan atau mengkoordinasikan seluruh tubuh serta mengekspresikan ide dan perasaannya dengan gerakan tersebut (misalnya, sebagai aktor, pantomim, atlet, atau penari). Individu memiliki kapasitas yang tinggi pada anggota tubuhnya, misalnya menggunakan tangan untuk menghasilkan atau mengubah sesuatu (misalnya, pengrajin, pematung, mekanik, atau ahli bedah). Kecerdasan ini mencakup keterampilan fisik tertentu seperti koordinasi, keseimbangan, ketangkasan, kekuatan, fleksibilitas, dan kecepatan, serta kapasitas proprioseptif (gerakan), dan taktil (sentuhan).
Musikal
Kapasitas untuk memahami, membedakan, mengubah, dan mengekspresikan bentuk musik. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap ritme, nada atau melodi, dan timbre atau warna nada dari sebuah karya musik. Seseorang dapat memiliki pemahaman musik figural atau “top-down” (global, intuitif), pemahaman formal atau “bottom-up” (analitik, teknis), atau keduanya.
Contohnya: kritikus musik, komposer, pemain musik.
Interpersonal
Kemampuan untuk memahami dan menciptakan perubahan mood/suasana hati, niat, motivasi, dan perasaan orang lain. Individu memiliki kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerak tubuh; kapasitas untuk membedakan berbagai jenis isyarat antarpribadi, misalnya gesture tubuh, ekspresi orang lain; dan kemampuan untuk merespon secara efektif isyarat-isyarat tersebut dalam beberapa cara yang praktis.
Contohnya: pemimpin yang mempengaruhi atau mengarahkan sekelompok orang untuk mengikuti aturan/tindakan tertentu.
Intrapersonal
Pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif atas dasar pengetahuan diri yang dimilikinya itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri (kekuatan dan keterbatasan); kesadaran akan kebutuhan batin, niat, motivasi, temperamen, keinginan; dan kapasitas disiplin diri, pemahaman diri, dan harga diri.
Naturalist
Keahlian dalam pengenalan dan klasifikasi berbagai spesies flora dan fauna dari lingkungan individu. Individu dengan kecerdasan ini juga memiliki kepekaan terhadap fenomena alam lainnya (misalnya, formasi awan, gunung, dll.) dan, dalam kasus mereka yang tumbuh di lingkungan perkotaan, kapasitas untuk membedakan atau mengobservasi benda mati seperti kendaraan, gedung-gedung dan lain-lain.
Mengetahui dimana letak kecerdasan dan potensi anak akan memudahkan anak untuk menemukan teknik belajarnya dengan tepat. Adanya informasi mengenai hal tersebut, membuat anak tidak lagi merasa bahwa cara belajarnya tidak tepat ketika berbeda dengan teman-temannya yang lain. Beberapa guru atau orang tua yang mungkin kurang memahami keragaman dan keunikan kecerdasan akan merasa bahwa anak yang pintar dan rajin hanyalah anak yang mencatat dan rajin membaca. Ketika sudah memiliki pengetahuan mengenai kecerdasan majemuk, guru atau orang tua diharapkan akan lebih mendukung dan memfasilitasi cara belajar anak yang sesuai dengan kenyamanan dan potensinya.
Gardner menjelaskan bahwa setiap individu memiliki delapan kecerdasan tersebut, namun pasti ada kecerdasan khusus yang lebih menonjol sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat anak yang sangat cerdas dalam beberapa bidang. Maka dari itu, sampai saat ini pengukuran mengenai multiple intelligences masih menjadi perdebatan karena dianggap belum ada tes yang benar-benar mampu menggambarkan kecerdasan utama seseorang. Cara terbaik untuk mengetahui potensi individu adalah dengan mengeksplorasi serta mengobservasi aktivitasnya. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba banyak bidang sangat membantu anak untuk menemukan dimana potensi dan kecerdasannya yang menonjol. Adanya kesadaran akan kecerdasan utama yang dimiliki harapannya dapat membantu anak untuk mencapai hasil atau prestasi yang lebih optimal.
Ketika sedang melakukan proses belajar mengajar di sekolah, biasanya guru juga dapat mengetahui kecerdasan anak dengan memberikan variasi teknik pengajaran. Misalnya dengan pemberian tes tulis, merakit sesuatu, menciptakan sebuah lagu/tarian, dan lain-lain. Guru dapat melakukan observasi dan penilaian kepada siswa mengenai kecerdasan utama yang dimiliki dan bagaimana selama ini anak mampu mencapai prestasi belajar yang optimal dengan teknik-teknik belajar tertentu.
Teknik pengajaran multiple intelligences dapat disimak pada artikel https://lembarharapan.id/artikel/multiple-intelligences-rekomendasi-teknik-pengajaran-dan-belajar/
Referensi:
Armstrong, T. (2009). Multiple intelligences in the classroom 3rd edition. USA: ASCD.
Merupakan seorang Psikolog Klinis yang memiliki peminatan pada bidang perkembangan anak usia dini dan anak berkebutuhan khusus serta mengkaji kesejahteraan psikologis individu dalam lingkup karir dan kesehatan.
Alumni Sarjana Psikologi, Universitas Udayana, Bali
Alumni Magister Profesi Psikologi Klinis, Universitas Airlangga, Surabaya
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3356-21-2-1