Siapa yang tak ingin bahagia? Setiap orang ingin bahagia dan berusaha mengejar kebahagiaan dalam hidupnya. Namun, apa yang membuat seseorang bahagia bisa berbeda antara satu dengan yang lainnya. Di satu sisi, ada orang yang bahagia karena berhasil mencapai pendidikan tinggi, punya banyak harta, jabatan terpandang, dan sebagainya. Sementara itu, ada juga yang mengatakan ‘bahagia itu sederhana’. Se-sederhana berkumpul bersama keluarga ataupun bisa tidur nyenyak selepas aktivitas yang melelahkan, sudah membuat seseorang merasakan kebahagiaan. Jadi, apa itu kebahagiaan? Bagaimana caranya agar kita menjadi individu yang bahagia?
Menurut kamus American Psychological Association, kebahagiaan adalah sebuah emosi kegembiraan, kepuasan dan kesejahteraan (well-being). Adapun Aristoteles, seorang filsuf, mendefinisikan kebahagiaan sebagai satu-satunya keinginan manusia dan semua keinginan manusia lainnya ada sebagai cara untuk memperoleh kebahagiaan. Ada berbagai definisi mengenai kebahagiaan, namun umumnya kebahagiaan dideskripsikan sebagai keterlibatan emosi positif dan kepuasan hidup. Kebahagiaan merupakan istilah yang memiliki definisi yang luas. Oleh karena itu, psikolog dan ilmuwan di bidang sosial secara khusus menggunakan istilah “subjective well-being” dalam menjelaskan kebahagiaan. Subjective well-being cenderung terfokus pada perasaan individu terhadap kehidupannya di masa kini secara menyeluruh.
Ada dua komponen kebahagiaan (atau subjective well-being), yaitu:
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, persepsi individu mengenai kebahagiaan bisa berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, ada beberapa ciri utama atau tanda yang digunakan oleh para psikolog dalam melakukan pengukuran dan pemeriksaan mengenai kebahagiaan.
Beberapa ciri utama kebahagiaan yang dapat Sahabat Harapan identifikasi, termasuk di antaranya:
Orang yang bahagia tetap merasakan berbagai emosi lainnya, seperti marah, frustasi, merasa bosan, kesepian bahkan merasa sedih, dari waktu ke waktu. Namun, meskipun mengalami emosi-emosi tersebut dan mengalami sesuatu yang membuat tidak nyaman, orang yang bahagia memiliki sikap optimis bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik. Mereka juga merasa bisa menghadapi kesulitan yang dihadapi dan kelak akan merasakan kebahagiaan lagi.
Berikut ini merupakan hal-hal yang bisa Sahabat Harapan lakukan untuk menumbuhkan rasa bahagia dalam diri:
Memiliki tujuan hidup
Menurut penelitian, individu yang memiliki tujuan hidup memiliki kesejahteraan yang lebih baik dan merasa terpenuhi. Dengan tujuan hidup, individu melihat hidupnya bermakna dan terarah sehingga membantu meningkatkan kebahagiaan. Mencari tujuan hidup di sini berarti mendorong diri untuk terlibat dalam kegiatan yang produktif dan positif dalam rangka mencari atau mencapai tujuan yang diinginkan. Beberapa hal yang bisa Sahabat Harapan lakukan untuk menemukan tujuan hidup di antaranya:
Melakukan sesuatu dengan motivasi intrinsik
Sahabat Harapan dapat mulai berusaha menjalankan aktivitas atas dasar motivasi intrinsik, khususnya yang terfokus pada pengembangan diri. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri, bertujuan untuk kepuasan diri sendiri. Lain halnya dengan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri seperti pujian orang lain, status, uang, hadiah, dan sebagainya.
Menikmati momen
Penelitian menemukan bahwa individu cenderung ingin mendapatkan hasil yang “lebih” sehingga pikiran terfokus pada hasil akhir. Akibatnya, individu tidak menikmati proses yang mereka jalani. Oleh karena itu, syukuri setiap momen (proses) yang sedang Sahabat Harapan jalani serta hal-hal yang dimiliki saat ini.
Membingkai ulang pikiran negatif
Secara alami, manusia memiliki negativity bias, yakni kecenderungan untuk menaruh perhatian yang lebih besar pada hal buruk ketimbang hal baik. Ketika Sahabat Harapan mulai menyadari sedang merasa pesimis atau merasakan pengalaman yang kurang menyenangkan, berusahalah mencari sudut pandang lain yang lebih positif. Membingkai ulang pikiran atau sudut pandang yang negatif bukan berarti mengabaikan sisi buruk dari suatu kejadian, melainkan mencoba melihat suatu kejadian lebih realistis dan seimbang.
Membangun koneksi sosial yang positif
Penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial yang baik merupakan prediktor yang kuat dari kebahagiaan individu. Memiliki hubungan yang positif dan suportif dengan orang yang Sahabat Harapan sayangi bisa menjadi pelindung dari stres, memperbaiki kesehatan dan membantu menjadi individu yang lebih bahagia. Oleh karena itu, mulailah merawat hubungan yang sudah ada dengan sebaik-baiknya dan mempertimbangkan berbagai cara untuk memiliki teman yang baru.
Referensi
Chendra, K. (2022). What is Happiness. Diakses dari https://www.verywellmind.com/what-is-happiness-4869755
APA Dictionary of Psychology. (n.d.). Diakses dari https://dictionary.apa.org/happiness
Aisyah Ibadi merupakan seorang Psikolog Klinis dengan peminatan psikologi klinis anak.
Selain memiliki ketertarikan pada tumbuh kembang anak, ia juga tertarik dengan isu-isu kesehatan mental seperti kecemasan, parental burnout dan praktik mindfulness dalam kegiatan sehari-hari. Ia ingin ilmu psikologi yang dimiliki bisa bermanfaat bagi masyarakat luas.
Alumni Sarjana Psikologi Universitas Indonesia
Alumni Magister Profesi Klinis Anak Univ. Indonesia
No. SIPP 0275-22-2-2
STR 112482123-4589179 (ED. 2028)