Seringkali kita merasa bingung menyikapi mantan. Terlalu baik dinilai belum move-on, namun jika menghindari mantan dianggap sombong. Jadi serba salah ya, Sahabat Harapan. Sebenarnya adakah sikap yang tepat dan benar ketika kita dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan mantan? Kenyataannya, tidak ada perilaku yang benar-benar tepat ataupun perilaku yang dikatakan salah ketika bersikap kepada mantan kekasih. Namun, kita dapat memilih sikap yang paling bijak sesuai dengan situasi dan kondisi kita saat ini. Berikut ini penulis membagikan beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menghadapi mantan:
Ketika baru putus cinta, seringkali kita bingung dengan situasi ini. Ada perasaan kehilangan karena kebiasaan-kebiasaan yang biasanya dilakukan, tidak lagi dilakukan. Sebaiknya berikan jeda dan batasan ketika memang sudah memutuskan untuk berpisah dengan kekasih. Tidak melakukan kontak secara langsung maupun tidak langsung bukanlah pilihan yang kekanakan, melainkan sebuah keputusan yang bijak. Informasikan kepada mantan ketika memutuskan hubungan untuk tidak saling menghubungi agar kalian berdua bisa sama-sama berpikir jernih.
Memberikan batasan pada diri juga memberikan peluang yang lebih baik bagimu untuk menemukan pemecahan masalah yang lebih sehat ketika merasa tidak nyaman dengan perasaan yang kita alami saat putus cinta. Misalnya melaksanakan hobby, meditasi, berkumpul dengan keluarga dan teman.
Seringkali ketika sudah putus dengan mantan, kita ingin setidaknya memiliki hubungan yang “baik” atau tetap keep in touch dengan mantan. Tidak jarang juga mantan mengatakan hal demikian dan membuat kita seakan-akan menjadi sosok yang “jahat” apabila memilih untuk tidak lagi berhubungan dekat dengan mantan. Meskipun ada keinginan untuk keep in touch dengan mantan atau menjadikan mantan sebagai teman, seringkali hal ini justru membuat perasaan kita atau mantan tidak nyaman. Apabila mantan memberikan perasaan yang menekan, membuatmu merasa tidak nyaman atau terganggu, memutus kontak dengan mantan bukanlah perilaku yang jahat atau sombong. Ada kalanya mantan memang akan menjadi sosok yang tidak memiliki status melainkan sosok kisah di masa lalu. Apabila hal itu terjadi padamu, maka memutuskan hubungan dengan mantan sepenuhnya adalah sebuah pilihan yang paling bijak yang dapat diambil untuk saat ini.
Serupa dengan poin 2, ketika kita sudah memiliki pasangan baru, ada kecenderungan kita berharap agar pasangan kita memahami bahwa hubunganmu dengan mantan saat ini hanyalah sekedar “teman”. Namun, hal ini perlu disepakati dengan pasanganmu, sebatas mana hubunganmu dengan mantanmu diketahui oleh pasanganmu. Apakah hanya sekedar masih saling follow di media sosial? Atau mungkin mantanmu adalah salah satu dari circle sahabat baikmu sejak kecil sehingga kamu tidak mungkin memutuskan untuk menjauhinya? Atau mungkin ketika bertemu dengan teman-teman lama dan ada mantan yang hadir, pasanganmu sebaiknya diajak ikut serta dan berkenalan dengan mereka?
Bagaimana hubungan dan kebiasaanmu dengan mantan harus dijelaskan secara jelas dengan pasanganmu saat ini agar tidak menimbulkan kesalahpahaman karena perasaan pasanganmu adalah prioritas utama dibandingkan perasaan mantan.
Ketika putus cinta, sangat wajar jika kita ingin segera move-on dan terlepas dari perasaan negatif. Namun, kenyataannya melakukan hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berikan kesempatan kepada diri untuk merasakan perasaan negatif tersebut dan menyadari bahwa perasaan tersebut adalah sebuah hal yang pasti dilewati ketika kita mengalami putus cinta. Menyadari bahwa move-on dari mantan tidak mudah, merupakan awal dari penerimaan situasi putus cinta yang sedang kita rasakan. Butuh waktu yang lama untuk sepenuhnya beradaptasi dengan ketidakhadiran sosok spesial dalam hidup kita. Mungkin 3 bulan, 6 bulan bahkan bertahun-tahun. Setiap orang melewati proses healing yang berbeda-beda sehingga tidak perlu berlomba untuk siapa yang lebih cepat move-on, lewati dan tetaplah berusaha untuk melakukan aktivitas positif.
Mantan tidak selalu memberikan pengalaman yang buruk. Kita memutuskan untuk menjalin hubungan dengan mantan tentunya karena ada kualitas diri yang dia miliki dan kita sukai. Meski demikian, mantan juga memiliki beberapa aspek diri yang mungkin tidak sesuai dengan prinsip kita. Cobalah sesekali merenungkan atau menuliskan makna apa yang berhasil kamu dapatkan selama berproses dengan mantan kekasihmu hingga saat ini. Apakah kamu merasakan ada perubahan negatif/positif dalam dirimu? Semakin banyak makna yang berhasil kita sadari, maka semakin besar peluang kita untuk menerima bahwa keadaan putus cinta yang kita hadapi adalah sebuah proses pembelajaran dan sebuah kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri kita.
Ada beberapa kondisi dimana kita tidak dapat mengontrol situasi sehingga secara tidak sengaja bertemu lagi dengan mantan setelah sekian lama. Mungkin kita akan mengalami kegalauan apakah harus menyapa atau cuek saja dengan kehadiran mantan. Semua ini tergantung padamu. Tidak ada pilihan yang salah. Jika mantanmu memberikan pengalaman yang traumatik dan cenderung negatif, tidak menyapa atau menghindarinya di sebuah acara bukanlah sebuah hal yang buruk. Namun, jika kamu merasa nyaman dengan kehadiran mantan kekasihmu dan ada kesempatan untuk menyapanya, kamu bisa menyapanya terlebih dahulu dan berbincang singkat mengenai kabar dan aktivitas saat ini. Hindari membicarakan hal-hal masa lalu yang dahulu kalian lalui. Hindari pula untuk berbincang terlalu lama karena mungkin saja mantan kita yang tidak nyaman ketika kita berbicara dengannya. Bangunlah perbincangan yang singkat dan padat untuk memberikan sinyal bahwa dirimu saat ini sudah baik-baik saja dan tidak ada hard feeling dengan mantani. Perhatikan pula bagaimana kondisi mantan, jika kamu mengetahui dirinya sudah memiliki pasangan baru, ada baiknya untuk sekedar melempar kontak mata dan tersenyum ketika berpapasan dengannya guna menjaga perasaan pasangan kalian masing-masing.
Setelah beberapa waktu, seringkali kita mengenang kisah-kisah kurang menyenangkan yang pernah kita lalui kepada mantan. Cobalah menerima dan berhenti menyesali kekurangan yang sempat kita lakukan kepadanya. Semakin banyak pengalaman dan waktu berlalu, pada umumnya kita semakin memiliki wawasan yang lebih luas sehingga lebih mampu untuk bersikap bijak terhadap orang lain. Namun, pada masa lalu, kita belum cukup dewasa dan belum cukup berpengalaman untuk menghadapi berbagai permasalahan sehingga sangat wajar ketika dahulu kita belum mampu untuk mempertimbangkan sikap yang lebih tepat seperti saat ini.
Apabila kamu dan pasanganmu saat ini sudah memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, alangkah baiknya untuk membicarakan dengan pasangan apakah mantanmu dapat hadir ke acara pernikahan atau sebaiknya tidak. Perlu diingat bahwa pada umumnya mantan kekasih akan memberikan efek yang berbeda entah positif maupun negatif ketika datang ke acara pernikahan dibandingkan teman-teman dekatmu yang lain. Kedatangan mantan kekasih juga memicu untuk teralihkannya perhatian para tamu kepada mantan kamu. Tentunya di acara yang berharga dan sakral tersebut, Sahabat Harapan tidak ingin para tamu membicarakan dan memperhatikan sikap kita dengan mantan kekasih yang hadir dibandingkan dengan pasangan kita bukan?
Pada umumnya kita berusaha untuk membenci mantan sebisa mungkin dengan harapan tidak ada penyesalan yang tersisa pada diri kita ketika memutuskan hubungan dengannya. Hal ini juga merupakan salah satu fase ketika putus cinta, kita berusaha mencari hal-hal buruk mantan untuk merasa lebih baik, dan hal itu wajar. Namun, seiring berjalannya waktu, seringkali kita mengingat kembali kenangan-kenangan bersama mantan. Kita juga terkadang terjebak dalam nostalgia mengingat momen-momen bahagia yang tidak jarang membuat kita merasa “apakah aku masih mencintai mantanku setelah sekian lama ini?”.
Mengingat momen-momen indah bersama mantan dan meresponnya dengan senyuman atau tawa sebenarnya menandakan bahwa kamu sudah menerima mantanmu sebagai sebuah sosok yang mengisi cerita dalam kehidupanmu. Kamu tidak perlu bingung dengan perasaanmu karena sesekali mengenang masa indah dengan mantan pacar tidak menandakan bahwa dirimu masih mencintainya dan harus kembali padanya. Kenangan indah yang terjadi tentunya tidak bisa diubah sehingga jadikanlah hal tersebut sebagai kenangan indah yang tidak untuk diulang.
Fokuslah pada apa yang ada saat ini. Jika kamu sudah berhasil menemukan pasangan yang baru, maka utamakan hubunganmu saat ini. Hindari membandingkan pasanganmu saat ini dengan mantanmu karena akan membuat dirimu meredupkan kualitas baik dalam diri pasanganmu saat ini. Pasanganmu saat ini bukanlah mantanmu sehingga berusaha keras untuk menjadi orang lain agar tidak mengulangi kekurangan yang sama ketika menjalin hubungan dengan mantan kekasih adalah cara yang tidak efektif. Eksplorasi dan fokuslah pada kekuatan pasanganmu saat ini, diskusikan bersama apa yang kalian saling inginkan dan butuhkan dengan baik dibandingkan menjadikan hubungan masa lalu sebagai patokan untuk bersikap.
Apabila kamu belum memiliki pasangan, ini adalah kesempatan emas bagimu untuk meningkatkan kualitas dirimu. Cobalah untuk mengisi diri dengan beragam hal positif dan manfaatkanlah waktu untuk melakukan self care dan mengasah potensi yang kamu miliki. Semakin terasah potensi diri yang kamu miliki, tentunya akan berpengaruh pada kesejahteraan hidupmu. Inner beauty pun akan terpancar lebih baik ketika kamu dapat menjadi versi terbaik dari dirimu saat ini. Tanpa disadari, kamu akan menarik orang-orang yang lebih positif untuk dekat denganmu, entah itu pasangan, sahabat, maupun rekan kerja.
Poin-poin di atas merupakan beberapa hal yang sering dialami namun lepas dari perhatian kita ketika berhadapan dengan mantan. Tentunya bagaimana menyikapi mantan perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi kalian saat itu, cobalah untuk berani berkomitmen dengan situasi saat ini dan menerima mantan sebagai bagian dari kisah masa lalumu. Jika Sahabat Harapan merasa masih kesulitan dan merasa terganggu dengan bayang-bayang mantan, tidak perlu ragu untuk hubungi Tim Lembar Harapan ya!
Merupakan seorang Psikolog Klinis yang memiliki peminatan pada bidang perkembangan anak usia dini dan anak berkebutuhan khusus serta mengkaji kesejahteraan psikologis individu dalam lingkup karir dan kesehatan.
Alumni Sarjana Psikologi, Universitas Udayana, Bali
Alumni Magister Profesi Psikologi Klinis, Universitas Airlangga, Surabaya
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3356-21-2-1