“Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang dapat pulih dari kehilangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu jika mereka memiliki dukungan sosial dan kebiasaan yang sehat.”
Apabila Anda sudah membaca artikel yang pernah ditulis sebelumnya mengenai duka (baca di https://lembarharapan.id/artikel/grieving-berduka-karena-kehilangan/), Anda mungkin memahami bagaimana orang yang berduka mengalami kesulitan untuk dapat melanjutkan hidup tanpa orang yang dicintainya. Anda mungkin mendapatkan gambaran mengenai apa yang dapat Anda lakukan apabila hal ini menimpa Anda. Namun, bagaimana apabila duka dirasakan oleh teman atau sahabat Anda? Bagaimana apabila duka dirasakan oleh anggota keluarga Anda? Terkadang, ini menjadi sesuatu yang sulit, karena Anda tidak mengetahui apa yang harus Anda lakukan atau katakan kepada teman/keluarga Anda yang sedang berduka. Anda takut salah dalam berperilaku atau takut mengeluarkan kata-kata yang dapat menambah luka bagi teman/keluarga Anda.
Pada artikel ini, saya ingin membahas mengenai apa yang dapat Anda lakukan apabila teman/keluarga Anda berduka. Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu–bukan mengurangi beban, namun setidaknya tidak menambahkan beban–mereka. Seperti yang tertulis di awal artikel ini bahwa pulih dari duka dapat dilakukan apabila memiliki dukungan sosial dan kebiasaan yang sehat. Bagaimana Anda bisa menjadi pemberi dukungan sosial itu? Simak selengkapnya di bawah ini:
Jangan takut menyebut nama almarhum/ah. Hal ini tidak akan membuat teman/keluarga Anda lebih sedih, meskipun mungkin akan membuat mereka meneteskan air mata. Apabila seseorang yang Anda cintai harus selamanya dihapus dari ingatan dan percakapan, hal itu akan terasa sangat menyedihkan. Tunjukan bahwa Anda juga merindukan almarhum/ah, hal ini lebih baik daripada hanya mengatakan perkataan formalitas seperti, “saya turut berduka atas kehilangan yang kamu alami.”
Jawabannya jelas–”tidak baik”–dan karena itu adalah sapaan klise yang sama yang akan Anda berikan kepada siapa pun, sapaan itu tidak menunjukkan bahwa teman/keluarga Anda sedang mengalami kehilangan yang sangat besar. Coba gantilah dengan, “Bagaimana perasaan Anda hari ini?”
Berikan harapan yang meyakinkan, kepastian bahwa segala sesuatunya akan menjadi lebih baik, yakinkan mereka bahwa mereka mampu untuk melewati perjalanan ini perlahan-lahan dari rasa sakit yang luar biasa hingga sampai pada hidup baru yang lebih baik. Namun, hati-hatilah karena dengan melakukan ini Anda mungkin dapat membuat mereka merasa lebih terasing, jangan terburu-buru. Lebih baik katakan sesuatu seperti: “Kamu akan berduka selama yang kamu butuhkan, tetapi kamu adalah orang yang kuat, dan akan menemukan jalanmu untuk dapat melalui semua ini.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa Anda mengakui bahwa tidak ada solusi instan dari duka yang dirasakan, dan bahwa segalanya tidak akan berjalan dengan mudah. Pernyataan ini juga menegaskan bahwa Anda percaya segalanya akan membaik.
Hubungi teman/keluarga Anda untuk mengungkapkan simpati yang Anda rasakan. Berusahalah untuk menghindari kata-kata seperti “ini adalah kehendak Tuhan” atau “ini adalah yang terbaik” kecuali teman/keluarga Anda mengatakannya lebih dulu. Teman/keluarga Anda akan lebih membutuhkan Anda setelah satu minggu atau satu bulan pertama, saat orang lain mulai berhenti menelepon. Hubungilah sesekali hanya untuk menyapa (Anda mungkin dapat menuliskan pengingat di kalender Anda untuk ini). Sebagian besar orang yang berduka merasa sulit untuk mulai menghubungi orang lain dan membutuhkan orang lain untuk melakukannya lebih dahulu.
Hindari hanya menanyakan apa yang bisa Anda bantu. Hal ini memberikan beban pada teman/keluarga yang sedang berduka, dan mereka dapat segan untuk membuat permintaan. Berikan bantuan yang spesifik, seperti membawa makan malam, memberikan informasi mengenai pengaturan pemakaman, atau membantu menjawab telepon. Bersiaplah untuk membersihkan dapur. Terkadang bantuan dari Anda sangat berarti saat beberapa waktu sudah berlalu, pada saat tidak banyak orang lain yang menawarkan bantuan.
Berikan bantuan langsung dengan memasak dan menjadi sukarelawan untuk membantu berbelanja. Bagi banyak orang yang berduka, terutama yang hidup sendiri, membiasakan diri membuat makanan, berbelanja bahan makanan, dan memasak hanya untuk satu orang bisa menjadi penyesuaian besar.
Pendengar yang baik adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Lebih baik lagi apabila Anda bisa menjadi teman/keluarga yang mendengarkan dengan baik meskipun cerita yang sama diceritakan berulang-ulang. Seringkali, individu yang sedang berduka mengatasi kesedihan dan trauma mereka dengan menceritakan kisah mereka berulang-ulang. Apabila Anda tidak dimintai saran, jangan memberikan saran apapun. Pendengar yang baik adalah hal yang benar-benar diharapkan. Pemahaman Anda akan apa yang sedang mereka alami adalah yang paling dibutuhkan dalam situasi ini.
Kehidupan dan emosi teman/keluarga Anda berubah drastis dan perubahan ini akan terjadi selamanya. Anda mengharapkan mereka untuk move on, namun Anda tidak dapat mempercepat prosesnya ataupun memastikan kalau mereka akan benar-benar move on. Biarkan mereka sembuh dari duka yang dirasakan dalam fase yang mereka rasa benar dan dengan cara mereka sendiri. “Kamu harus menangis” atau “ini sudah saatnya kamu untuk move on” tidak akan banyak membantu.
Setiap orang memiliki cara dan fase sendiri dalam menghadapi duka karena kehilangan orang yang dicintai, begitu pula dengan teman/keluarga Anda. Biarkan mereka menghadapi duka mereka dengan cara dan fase mereka sendiri, namun yakinkan mereka bahwa mereka tidak berjalan sendiri dan Anda akan selalu memberikan dukungan pada setiap prosesnya. Terkadang, hal ini yang paling mereka butuhkan, bukan seseorang yang mendorong mereka untuk move on dari duka yang saat ini mereka rasakan. Kehilangan seseorang yang dicintai merupakan suatu kejadian traumatik yang menimbulkan luka yang sangat besar bagi mereka. Orang yang mereka cintai tidak akan pernah menjadi masa lalu karena kehilangan menimbulkan luka yang memberikan dampak jangka panjang, dan merubah seluruh aspek kehidupan mereka.
“Grief is kind of one of those things where you don’t get it until you get it, until you do it. And once it’s your grief and your front row at the funeral, you get it. You understand what you’re experiencing is not a moment in time, but that you’ve been touched by something chronic.” – Nora McInerny
“We need to remember that a grieving person is going to laugh again and smile again. Yes, absolutely, they’re going to move forward. But that doesn’t mean that they’ve moved on.” – Nora McInerny
References:
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1