Kehamilan adalah berkah kehidupan yang diidam-idamkan, terutama bagi wanita. Kehadiran bayi membawa kebahagiaan dan kebanggaan, sekaligus kekhawatiran dan kegelisahan. Periode ini bisa menjadi episode kehidupan yang dramatis bagi wanita karena terjadi banyak perubahan pada fisik (misalnya perubahan bentuk tubuh dan citra tubuh), psikologis (misalnya perubahan emosional karena faktor hormonal, stressor, dll), dan sosial (keterbatasan mobilitas dan sosialisasi). Berbagai perubahan ini membutuhkan upaya adaptasi bagi wanita sehingga wanita perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dukungan bisa berasal dari pasangan, keluarga, teman, komunitas, masyarakat dan layanan kesehatan yang memberikan perawatan dan pengobatan untuk mendukung kesehatan fisik dan mental ibu-bayi dan mendukung hubungan yang berkembang antara orang tua dan bayi.
Pada masa kehamilan dan tahun pertama setelah kelahiran bayi sering terjadi masalah kesehatan mental pada wanita. Masalah kesehatan mental di masa ini mempengaruhi hingga 20% ibu. Jika tidak ditangani, masalah kesehatan mental ini dapat berdampak signifikan dan tahan lama pada wanita, janin/bayi, dan keluarga, serta bisa meluas ke masyarakat. Salah satu masalah kesehatan mental yang banyak dialami oleh ibu pasca persalinan adalah postpartum blues atau lebih dikenal dengan sebutan baby blues.
Apa itu baby blues?
Postpartum blues atau baby blues didefinisikan sebagai suasana hati yang rendah (low mood) dan gejala depresi ringan yang sementara dan terbatas yang umum terjadi pada periode perinatal. Baby blues cenderung terlihat sekitar 3 sampai 5 hari setelah bayi lahir dan dapat bertahan selama sekitar 2 minggu. Prevalensi baby blues adalah 26% – 84%. Diperkirakan 3 dari 4 ibu baru akan mengalami beberapa gejala baby blues. Baby blues bisa terjadi karena pada masa persalinan hingga beberapa minggu pertama setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan hormon, bentuk tubuh dan emosi. Ibu mungkin merasa sedih, cemas, takut, atau bingung, dan kewalahan, serta mengalami tekanan (stres) karena hadirnya tanggung jawab tambahan setelah bayi lahir. Selain itu, ibu juga mengalami kekurangan tidur dan terisolasi secara sosial karena harus fokus merawat bayi.
Apa saja gejala baby blues?
Gejala umum dari baby blues adalah menangis, cemas, merasa gelisah atau kewalahan, lekas marah, mood swing, lelah, sulit tidur, penurunan konsentrasi, perubahan nafsu makan, merasa sedih, merasa kesepian, dan merasa tidak mampu atau tidak kompeten sebagai orang tua.
Bagaimana membedakan baby blues dengan depresi postpartum?
Terkadang baby blues bisa bertahan lebih lama atau lebih intens. Jika tidak teridentifikasi dan tertangani segera, hal ini dapat berlanjut menjadi postpartum depression. Jika gejala umum baby blues bertahan lebih lama dari 2-3 minggu setelah kelahiran atau tampak berlebihan, maka dapat berubah menjadi depresi postpartum. Depresi postpartum bahkan terkadang bisa terjadi hingga satu tahun setelah bayi lahir. Depresi pasca persalinan memiliki gejala yang lebih serius daripada baby blues sehingga sangat disarankan untuk segera mendapatkan bantuan dari tenaga profesional agar mendapatkan perawatan medis dan terapi psikologis.
Bagaimana mengatasi baby blues?
Jika Sahabat Harapan merasakan gejala baby blues, Anda dapat melakukan hal ini untuk mengurangi atau mengatasi gejala baby blues.
Melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan (bidan, dokter, psikolog, dll) dapat membantu Anda untuk mendiagnosis masalah kesehatan atau penyakit sehingga Anda mendapatkan perawatan dan dukungan kesehatan yang tepat. Hindari melakukan self diagnosis atau mencari informasi kesehatan dari internet tanpa melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan profesional. Self diagnosis dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan Anda. Anda dapat membaca lebih detail mengenai bahaya melakukan self diagnosis pada artikel berikut https://lembarharapan.id/artikel/bahaya-self-diagnosis/
Pengetahuan adalah kekuatan. Membekali diri dengan pengetahuan akan membantu Anda dalam menjaga kesehatan Anda dan bayi Anda, serta membantu kesiapan Anda untuk mengenali diri dan bayi Anda. Isu yang penting diketahui oleh ibu selama hamil atau pasca persalinan adalah perubahan fisik dan psikologis ibu selama masa kehamilan dan persalinan, apa yang perlu dipersiapkan menjelang persalinan, ASI dan menyusui, tumbuh kembang anak, pengasuhan, dan keterampilan-keterampilan yang bisa menunjang peran sebagai ibu, misalnya manajemen waktu, manajemen stres, regulasi emosi, komunikasi asertif dan sebagainya. Proses pembekalan diri dengan pengetahuan dapat Anda lakukan dengan mencari informasi dari sumber terpercaya, seperti bidan, perawat, dokter, psikolog, konselor, dan kader kesehatan. Sebaiknya Anda juga menyaring dan menyeleksi informasi atau masukan dari orang-orang di sekitar Anda yang membuat Anda tidak nyaman.
Anda dapat meminta dukungan dan kerja sama dari pasangan, orang tua atau anggota keluarga di rumah untuk bergantian menjaga dan merawat bayi agar Anda bisa tidur atau beristirahat sejenak. Mematikan perangkat elektronik satu jam sebelum tidur, mandi dan minum air yang hangat juga dapat membantu Anda untuk lekas tidur.
Daftar kegiatan menyenangkan atau self care dapat membantu Anda menemukan strategi coping stres atau meregulasi emosi negatif sehingga Anda dapat kembali merasa positif dan bahagia. Misalnya berjalan-jalan, makan atau minum menu favorit, berolahraga, merawat tanaman atau hewan peliharaan, mendengarkan musik, menonton film/drama dan sebagainya.
Bertemu dan bicara dengan teman atau komunitas sesama ibu dapat membantu Anda untuk merasa tidak sendirian. Anda dapat berbagi dengan mereka tentang apa yang Anda rasakan, apa yang Anda risaukan, atau masalah yang Anda hadapi. Selain bisa memberikan kelegaan emosi, Anda juga mendapatkan perspektif baru atau solusi yang bisa membantu Anda dalam pemecahan masalah.
Anda mungkin memiliki ekspektasi atau standar tersendiri tentang role model “ibu ideal”. Anda mungkin secara tidak sengaja membandingkan diri dengan orang lain terkait peran Anda sebagai ibu. Sesuaikan kembali ekspektasi dan standar Anda dengan memberi diri Anda waktu lebih lama untuk pulih dari persalinan dan membiarkan diri Anda berproses dengan peran baru. Fokuskan pada kekuatan dan potensi Anda dan berikan apresiasi atau reward atas segala upaya dalam proses tersebut, sekecil apapun itu.
Saat Anda membutuhkan bantuan, beri tahu secara spesifik pada pasangan, keluarga, atau teman tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk Anda. Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada tenaga kesehatan profesional jika Anda merasa gejala baby blues semakin parah dan semakin mengganggu fungsi kehidupan Anda.
Bagaimana jika baby blues terjadi pada pasangan, kerabat, tetangga atau teman kita?
Jika Anda mengetahui atau menyaksikan orang terdekat Anda mengalami baby blues, Anda dapat melakukan hal di bawah ini:
Pahami perasaan atau emosi-emosi yang dialami penderita selama gejala baby blues muncul. Jangan pernah meremehkan atau mengecilkan perasaan mereka dan gejala yang ada. Penerimaan dan pemahaman Anda sangat berarti bagi mereka sehingga mereka merasa tidak sendirian dan mendapat dukungan untuk mengatasi baby blues
Luangkan waktu sejenak tanpa gangguan untuk berbicara, menanyakan kabar dan mendengarkan keluh kesah, perasaan atau keinginan mereka. Tawarkan bantuan dan tanyakan kepada mereka secara spesifik apa yang bisa Anda lakukan, contohnya mengambilkan air minum, menggantikan popok bayi, menelepon di waktu tertentu, mengantarkan ke bidan/dokter, dan sebagainya. Mendengarkan mereka dan menawarkan bantuan dapat berfungsi sebagai bentuk dukungan sosial Anda untuk mereka.
Anda mungkin tidak selalu bisa membantu karena terbatasnya waktu, tenaga, pengetahuan dan kompetensi. Anda dapat membantu dengan memberikan rekomendasi atau menghubungkan pasien baby blues dengan tenaga kesehatan yang bisa membantu memberikan perawatan dan pengobatan yang optimal.
References
Balaram, K., & Marwaha, R. (February 7, 2022). Postpartum Blues. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554546/
Morgan, J. (March 10, 2020). 5 tips to help manage the baby blues – and when to seek help. Diakses dari https://utswmed.org/medblog/5-tips-help-manage-baby-blues-and-when-seek-help/
Irianti, I., & Herlina, N. (2010). Buku ajar psikologi untuk mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC
O’Hara, M. W., & Wisner, K. L. (2014). Perinatal mental illness: definition, description and etiology. Best practice & research Clinical obstetrics & gynecology, 28(1), 3-12
Puput Mariyati merupakan Psikolog Klinis yang memiliki peminatan pada bidang kesehatan mental dewasa dan keluarga. Isu-isu psikologi yang ia gemari adalah depresi dan stress; parenting; perkembangan anak, khususnya anak berkebutuhan khusus (special needs); serta pendekatan terapi kognitif-perilaku dan psikologi positif. Bagi pemilik motto hidup “man jadda wajada” ini, mendalami dan berperan sebagai praktisi di bidang psikologi adalah salah satu jalan baginya untuk bisa menebar manfaat pada orang lain.
Alumni Sarjana Psikologi, Universitas Indonesia, Depok
Alumni Magister Profesi Psikologi Klinis, Universitas Airlangga, Surabaya
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3358-21-2-1