Mengenal dan Upaya Menangani Bisu Selektif pada Anak

Ketika memasuki lingkungan baru, misalnya sekolah untuk pertama kali, kesulitan anak untuk berkomunikasi dengan teman dan guru di kelas adalah sebuah hal yang wajar. Mungkin anak akan minta ditemani atau merengek ketika diminta masuk sekolah pada hari-hari pertama. Hal ini dapat dialami karena anak merasa kehilangan sosok aman, yaitu orang tua, ketika berada di lingkungan baru. Hanya saja, apabila anak menunjukkan perilaku secara terus menerus dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dalam waktu yang lama, maka para orangtua perlu memberikan perhatian ekstra kepada anak. 

Terdapat bermacam-macam gangguan ataupun permasalahan adaptasi yang mungkin terjadi pada anak. Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas salah satu permasalahan adaptasi anak yang cukup jarang ditemui, namun penting diwaspadai agar perkembangan permasalahannya tidak menjadi lebih rumit. Permasalahan itu adalah Gangguan Bisu Selektif atau Selective Mutism.

Apa itu gangguan Bisu Selektif/Selective Mutism?

Bisu Selektif atau selective mutism merupakan gangguan yang muncul pada masa kanak-kanak dengan karakteristik anak tidak mampu berbicara pada situasi atau setting tertentu, namun anak dapat berbicara dengan baik pada situasi atau setting lainnya (biasanya di rumah dan atau dengan anggota keluarganya). 

Setting kelas atau sekolah biasanya menjadi tempat terjadinya ketiadaan bicara (mutism) pada anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mutism lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding dengan anak laki-laki. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dari segi gender perempuan cenderung mengalami lebih banyak gejala kecemasan dibandingkan dengan laki-laki.

Permasalahan bisu selektif pada anak jika tidak ditangani dengan baik akan berimplikasi pada kesulitan dalam bidang akademis, emosional, dan sosial seperti: berkembangnya gangguan kecemasan, anak menjadi depresi, kepercayaan diri dan harga diri yang rendah, menarik diri, menolak untuk sekolah, kemampuan akademik yang buruk dan *underachievement. 

Bagaimana karakteristik anak dengan Gangguan Bisu Selektif?

Secara umum, anak dengan gangguan bisu selektif memiliki karakteristik berikut:

  1. Ketika berada di setting tertentu misalnya sekolah, anak kukuh untuk tidak berbicara (diam), hanya berkomunikasi dengan bahasa isyarat (mengangguk, menggeleng, menunjuk, dll), menarik diri, menggunakan bahasa terbatas dengan kata-kata tunggal saja, atau ketika berbicara menggunakan volume suara yang sangat kecil seperti berbisik.
  2. Anak dapat berbicara dengan normal pada setting lainnya (misalnya di rumah).
  3. Ketidakmampuan anak untuk berbicara bukan disebabkan karena adanya kendala memahami bahasa ataupun kurangnya pengetahuan anak mengenai bahasa
  4. Komunikasi yang dialami mengganggu pendidikannya
  5. Anak tidak memiliki gangguan berbicara seperti gagap, atau bukan karena gangguan perkembangan lainnya.
  6. Ketiadaan bicara atau ciri-ciri tersebut berlangsung setidaknya selama 1 bulan
Perlu diingat bahwa karakteristik tersebut tidak dapat menjadi patokan utama untuk memberikan diagnosis Bisu Selektif kepada anak. Penegakan diagnosis hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari profesional seperti Psikolog maupun Dokter Anak. 

Mengapa anak bisa mengalami Gangguan Bisu Selektif?

Penyebab dari bisu selektif masih menjadi pembahasan karena dianggap tidak adanya penyebab pasti mengapa anak mengalami gangguan tersebut. Namun terdapat beberapa potensi-potensi yang dapat mendukung munculnya gangguan tersebut antara lain:

  1. Dalam *teori belajar, adanya respon yang dipelajari kemudian mendapat penguatan dari lingkungan sosial anak. Ketika berpendapat atau berbicara mungkin anak sering mendapatkan respon negatif sehingga memilih untuk tidak berbicara sama sekali karena takut salah.
  2. Orang terdekat sering menafsirkan kebutuhan anak dengan cepat, sehingga mengurangi kesempatan anak untuk berbicara sendiri.
  3. Menurut faktor lingkungan, anak memiliki orangtua yang terlalu protektif atau lebih mengendalikan
  4. *Teori psikodinamika, melihat bisu selektif sebagai akibat dari konflik yang belum terselesaikan dengan orangtua atau adanya trauma fisik dan psikologis pada anak. Sikap diam atau bisu anak tersebut sebagai mekanisme koping dari emosi marah dan cemas yang dirasakannya. 
  5. Faktor keluarga yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami bisu selektif memiliki orangtua dengan kecemasan sosial atau rasa malu yang berlebihan.

Apa yang dapat dilakukan ketika anak atau siswa menunjukkan ciri-ciri Selective Mutism?

  1. Segera kunjungi profesional. Psikolog atau Dokter Anak akan membantu Anda melihat apakah anak benar mengalami selective mutism atau mengalami permasalahan lainnya.
  2. Tingkatkan kepercayaan diri anak. Anak dengan bisu selektif cenderung memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang sangat rendah. Sebisa mungkin lakukan aktivitas yang dapat membuat hasil tugas atau pekerjaannya diapresiasi untuk meningkatkan kepercayaan dirinya. Misalnya ketika anak berhasil menggambar sesuatu, pajanglah gambar anak di sebuah spotlight tertentu dan minta teman-temannya untuk memberikan pujian serta apresiasi berupa tepuk tangan atas keberhasilan anak menggambar.
  3. Dokumentasikan kegiatan-kegiatan anak yang positif (misalnya ketika anak sedang menari, mengerjakan tugas, dan lain-lain), kemudian minta anak menonton dirinya sendiri bersama dengan guru/orangtua untuk membantu anak menyadari kemampuannya.
  4. Ajak anak untuk melakukan tugas-tugas sederhana di rumah dan di sekolah secara rutin. Adanya pemberian tugas dan pemberian pujian atas keterlibatan anak mengerjakan tugas sederhana dapat meningkatkan kepercayaan diri anak bahwa anak mampu melakukan sesuatu.
  5. Lakukan aktivitas yang interaktif sehingga anak merasa nyaman. Kurangi memaksa anak untuk berbicara di setting yang dirinya tolak (misalnya sekolah). 
  6. Berikan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Misalnya “bagaimana menurutmu rasa es-krim itu?”. Hindari pertanyaan tertutup yang membuat anak dapat memilih jawaban “ya/tidak” saja. Menjawab pertanyaan tertutup cenderung membuat anak akan memilih untuk menggunakan gestur tubuh seperti menggeleng dan mengangguk.
  7. Diskusikan dengan profesional jika anak membutuhkan terapi khusus secara rutin.
Definisi kata berbintang (*):
*Underachievement: suatu kondisi dimana seorang anak menunjukkan prestasi yang berada di bawah kemampuan anak sesungguhnya. Anak biasanya memiliki kapasitas intelegensi yang tinggi namun pencapaian prestasi yang rendah di sekolahnya.
*Teori Belajar: merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipelajari dari bagaimana interaksinya dengan lingkungan.
*Teori Psikodinamika: merupakan teori yang menekankan proses psikologis alam bawah sadar atau yang tidak disadari (misalnya, keinginan dan ketakutan yang tidak sepenuhnya kita sadari). Teori ini berpendapat bahwa pengalaman masa kecil sangat penting dalam membentuk kepribadian di masa depan.

Referensi

APA. (2013). Diagnostic Criteria From DSM-V. Washington: American Psychiatry Association.

Cleave, H. (2009). Too anxious to speak? The implication of current research into selective mutism for educational psychology practice. Educational Psychology in Practice, 25 (3), 233-246

Herbert, M. (2006). Clinical Child and Adolescent Psychology from Theory to Practice 3rd Ed. West Sussex: John Wiley & Sons. Ltd.

Kehle, T. J. & Bray, M. A. (2004). Selective Mutism: A Primer for Parents and Educators. National Association of School Psychologists. University of Connection.

Sharp, W. G., Sherman, C., & Grass, A. M. (2012). Selective Mutism and Anxiety: A Review of The Current Conceptualization of Disorder. dePont Hospital for Children. The University of Mississippi.

Shriver, M., Segool, M. & Gortmaker, V. (2011). Behavior observation for linking assessment to treatment selective mutism. Educational and Treatment Children

2021 © All Rights Reserved. LembarHarapan.id