Ketika memasuki lingkungan baru, misalnya sekolah untuk pertama kali, kesulitan anak untuk berkomunikasi dengan teman dan guru di kelas adalah sebuah hal yang wajar. Mungkin anak akan minta ditemani atau merengek ketika diminta masuk sekolah pada hari-hari pertama. Hal ini dapat dialami karena anak merasa kehilangan sosok aman, yaitu orang tua, ketika berada di lingkungan baru. Hanya saja, apabila anak menunjukkan perilaku secara terus menerus dan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dalam waktu yang lama, maka para orangtua perlu memberikan perhatian ekstra kepada anak.
Terdapat bermacam-macam gangguan ataupun permasalahan adaptasi yang mungkin terjadi pada anak. Pada tulisan kali ini, penulis akan membahas salah satu permasalahan adaptasi anak yang cukup jarang ditemui, namun penting diwaspadai agar perkembangan permasalahannya tidak menjadi lebih rumit. Permasalahan itu adalah Gangguan Bisu Selektif atau Selective Mutism.
Bisu Selektif atau selective mutism merupakan gangguan yang muncul pada masa kanak-kanak dengan karakteristik anak tidak mampu berbicara pada situasi atau setting tertentu, namun anak dapat berbicara dengan baik pada situasi atau setting lainnya (biasanya di rumah dan atau dengan anggota keluarganya).
Setting kelas atau sekolah biasanya menjadi tempat terjadinya ketiadaan bicara (mutism) pada anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mutism lebih umum terjadi pada anak perempuan dibanding dengan anak laki-laki. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dari segi gender perempuan cenderung mengalami lebih banyak gejala kecemasan dibandingkan dengan laki-laki.
Permasalahan bisu selektif pada anak jika tidak ditangani dengan baik akan berimplikasi pada kesulitan dalam bidang akademis, emosional, dan sosial seperti: berkembangnya gangguan kecemasan, anak menjadi depresi, kepercayaan diri dan harga diri yang rendah, menarik diri, menolak untuk sekolah, kemampuan akademik yang buruk dan *underachievement.
Secara umum, anak dengan gangguan bisu selektif memiliki karakteristik berikut:
Perlu diingat bahwa karakteristik tersebut tidak dapat menjadi patokan utama untuk memberikan diagnosis Bisu Selektif kepada anak. Penegakan diagnosis hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari profesional seperti Psikolog maupun Dokter Anak.
Penyebab dari bisu selektif masih menjadi pembahasan karena dianggap tidak adanya penyebab pasti mengapa anak mengalami gangguan tersebut. Namun terdapat beberapa potensi-potensi yang dapat mendukung munculnya gangguan tersebut antara lain:
Definisi kata berbintang (*): *Underachievement: suatu kondisi dimana seorang anak menunjukkan prestasi yang berada di bawah kemampuan anak sesungguhnya. Anak biasanya memiliki kapasitas intelegensi yang tinggi namun pencapaian prestasi yang rendah di sekolahnya. *Teori Belajar: merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipelajari dari bagaimana interaksinya dengan lingkungan. *Teori Psikodinamika: merupakan teori yang menekankan proses psikologis alam bawah sadar atau yang tidak disadari (misalnya, keinginan dan ketakutan yang tidak sepenuhnya kita sadari). Teori ini berpendapat bahwa pengalaman masa kecil sangat penting dalam membentuk kepribadian di masa depan.
Referensi
APA. (2013). Diagnostic Criteria From DSM-V. Washington: American Psychiatry Association.
Cleave, H. (2009). Too anxious to speak? The implication of current research into selective mutism for educational psychology practice. Educational Psychology in Practice, 25 (3), 233-246
Herbert, M. (2006). Clinical Child and Adolescent Psychology from Theory to Practice 3rd Ed. West Sussex: John Wiley & Sons. Ltd.
Kehle, T. J. & Bray, M. A. (2004). Selective Mutism: A Primer for Parents and Educators. National Association of School Psychologists. University of Connection.
Sharp, W. G., Sherman, C., & Grass, A. M. (2012). Selective Mutism and Anxiety: A Review of The Current Conceptualization of Disorder. dePont Hospital for Children. The University of Mississippi.
Shriver, M., Segool, M. & Gortmaker, V. (2011). Behavior observation for linking assessment to treatment selective mutism. Educational and Treatment Children
Merupakan seorang Psikolog Klinis yang memiliki peminatan pada bidang perkembangan anak usia dini dan anak berkebutuhan khusus serta mengkaji kesejahteraan psikologis individu dalam lingkup karir dan kesehatan.
Alumni Sarjana Psikologi, Universitas Udayana, Bali
Alumni Magister Profesi Psikologi Klinis, Universitas Airlangga, Surabaya
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3356-21-2-1