Pernah menjadi korban perselingkuhan? Atau, kamu adalah salah satu pelaku perselingkuhan?
Perselingkuhan merupakan sebuah bentuk perasaan atau aktivitas yang dirasakan atau dilakukan terhadap orang lain di luar pasangan dalam sebuah hubungan, baik itu pernikahan, pacaran, maupun pertunangan, yang menunjukkan ketidaksetiaan terhadap pasangan. Perselingkuhan dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu perselingkuhan seksual dan perselingkuhan emosional.
Perselingkuhan seksual terjadi apabila seseorang yang terikat dalam hubungan pernikahan, pacaran, atau tunangan, terlibat dalam aktivitas seksual dengan selain suami/istri, pacar, atau tunangan mereka. Sementara, perselingkuhan emosional terjadi saat seseorang yang terikat dalam hubungan (pernikahan, pacaran, atau tunangan) menunjukkan jarak secara emosional dengan menghabiskan waktu dengan, atau memikirkan tentang, selain suami/istri, pacar, atau tunangan mereka hingga membuat pasangan merasa diabaikan atau ditolak secara emosional.
Perselingkuhan berdampak besar terhadap hidup individu, pasangan, hubungan yang dijalani, dan orang-orang yang terlibat dalam hubungan itu sendiri. Pada umumnya, perselingkuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks pada diri individu dan tidak bisa dipisahkan dari perilaku individu lainnya dalam sebuah hubungan. Perselingkuhan sering kali (tidak selalu) terjadi karena permasalahan dalam hubungan yang bersumber dari kedua belah pihak. Namun, terdapat faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan perselingkuhan, di antaranya adalah:
Tingginya interaksi personal dengan lawan jenis meningkatkan risiko perselingkuhan dalam sebuah hubungan. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan individu sehingga perselingkuhan lebih sering ditemukan terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Laki-laki, khususnya di Indonesia, merupakan pekerja yang memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan pada umumnya pekerjaan yang dilakukan melibatkan interaksi personal dengan lawan jenis. Hal ini meningkatkan risiko laki-laki menjadi pelaku perselingkuhan. Perempuan, di sisi lain, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga mengurangi risiko perempuan melakukan perselingkuhan. Berdasarkan penelitian, saat perempuan juga memiliki pekerjaan dan menjalani interaksi personal dengan lawan jenis di dunia kerja, terjadi peningkatan tingkat perselingkuhan yang dilakukan perempuan.
Teknologi merupakan sarana atau sistem yang dibuat untuk memudahkan kehidupan kita apabila digunakan dengan bijak dan sesuai dengan fungsinya. Namun, kemudahan teknologi ini juga dapat disalahgunakan sebagai sarana untuk melakukan perilaku-perilaku yang tidak tepat. Kemudahan untuk mengakses internet dan media sosial meningkatkan kesempatan untuk terlibat dalam perilaku dan aktivitas yang bisa dikategorikan sebagai perselingkuhan, seperti cybersex, bertukar foto pribadi untuk kepentingan seksual, online dating, online flirting, dan menonton pornografi. Meskipun dilakukan secara online, namun perilaku ini tetap dianggap sebagai perselingkuhan dan dapat memberikan dampak yang sama dengan perselingkuhan yang dilakukan secara langsung.
Penelitian menemukan bahwa apabila individu menyaksikan salah satu atau kedua orang tuanya melakukan selingkuh saat masih kecil, maka akan meningkatkan risiko individu dalam melakukan perselingkuhan. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakmampuan individu untuk membangun keluarga yang sehat dan tersedianya role model yang tepat dalam hidup individu.
Karakteristik individu seperti tipe kepribadian, sejarah perselingkuhan yang pernah dilakukan, beban psikologis, dan attachment style yang dimiliki, mempengaruhi risiko individu dalam melakukan perselingkuhan. Selain itu, sikap terhadap perselingkuhan dan aktivitas seksual secara umum serta kesediaan untuk terlibat dalam aktivitas seksual tanpa kedekatan emosional akan meningkatkan kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan.
Kepuasan terhadap hubungan yang dijalani mengurangi risiko individu untuk melakukan perselingkuhan. Kepuasan ini termasuk kepuasan emosional dan kepuasan seksual. Apabila salah satunya tidak terpenuhi, risiko individu untuk melakukan perselingkuhan dalam bentuk emosional atau seksual, sesuai dengan kekurangan yang dirasakannya dalam hubungan yang dijalani, akan meningkat.
Ketidakcocokan antar pasangan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perselingkuhan dalam hubungan. Ketidakcocokan ini bukan berarti ada satu orang yang lebih baik dari yang lain, atau sebaliknya, melainkan keduanya tidak berinteraksi dan memberikan respon yang dibutuhkan satu sama lain dalam hubungan yang dijalani. Hal ini menyebabkan keduanya merasa diabaikan dan tidak dihargai sehingga kecenderungan selingkuh untuk mendapatkan perhatian dan penghargaan dari pihak lain menjadi lebih kuat.
Komitmen individu dalam menjalani hubungan merupakan faktor yang sangat penting dalam perselingkuhan. Kesediaan individu untuk menjalani hubungan eksklusif* dan motivasi individu untuk mempertahankan hubungan yang dimiliki akan mempengaruhi perilaku individu dalam hubungan. Selain itu, komitmen yang kuat terhadap sebuah hubungan akan meningkatkan motivasi individu untuk mengkomunikasikan keluhan-keluhan yang dirasakan dalam hubungan, kompromi mengenai ketidakcocokan yang dirasakan dalam hubungan, dan upaya memperbaiki masalah-masalah yang terjadi di dalam hubungan.
Setiap hubungan memiliki kekurangan dan kelebihan yang tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya dan perselingkuhan merupakan bentuk pelarian dari setiap kekurangan yang dirasakan dalam hubungan atau di dalam diri pelaku perselingkuhan. Dalam menghadapi pasangan yang selingkuh, cobalah pahami alasan di balik perilaku tersebut sebelum memilih untuk memaafkan mereka atau tidak. Setiap perilaku yang ditunjukkan oleh pasangan yang selingkuh dapat menjadi pelajaran berharga bagi kamu sehingga dapat menjalin hubungan yang lebih baik di masa depan, dengan orang yang berbeda ataupun dengan orang yang sama.
Buat kamu yang mungkin pernah melakukan aksi selingkuh, selingkuh merupakan cara yang tidak tepat untuk menyelesaikan permasalahan yang kamu rasakan, baik dengan pasangan ataupun dengan dirimu sendiri. Kamu dapat menyadari bahwa ada berbagai cara lain yang dapat kamu lakukan untuk meningkatkan kepuasan hubungan yang kamu jalani. Kamu dapat mulai dengan membuka diri kepada pasanganmu dan bersama-sama berusaha menyelesaikan masalah yang kalian hadapi. Apabila kamu dan pasanganmu tidak bisa menemukan titik tengah, kamu dan pasanganmu mungkin membutuhkan bantuan dari profesional untuk dapat menjadi penengah atau mediator yang akan membimbing kamu dan pasanganmu sehingga dapat mencari penyelesaian masalah yang paling tepat bagi permasalahan yang kamu dan pasanganmu hadapi dalam hubungan kalian.
Definisi kata berbintang (*) dalam artikel:
Hubungan eksklusif merujuk pada kondisi di mana terdapat komitmen untuk menjaga hubungan dengan hanya melibatkan dua orang dalam pasangan.
References:
· Fincham, F. D., & May, R. W. (2017). Infidelity in romantic relationships. Current opinion in psychology, 13,70-74.
· Guitar, A. E., Geher, G., Kruger, D. J., Garcia, J. R., Fisher, M. L., & Fitzgerald, C. J. (2017). Defining and distinguishing sexual and emotional infidelity. Current Psychology, 36(3), 434-446.
· Haseli, A., Shariati, M., Nazari, A. M., Keramat, A., & Emamian, M. H. (2019). Infidelity and its associated factors: A systematic review. The journal of sexual medicine, 16(8),
1155-1169.
· Vossler, A. (2016). Internet infidelity 10 years on: A critical review of the literature. The Family Journal, 24(4), 359-366.
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1