Kesiapan Sekolah: Apa yang Perlu Diperhatikan dan Dilatih agar Anak Siap Untuk Sekolah

Memasuki dunia sekolah merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui oleh anak. Saat masih bayi atau balita, anak lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan orang tua, pengasuh atau keluarga. Setelah memasuki transisi dari rumah ke sekolah atau dari pra-sekolah ke kelas dasar (sekolah dasar), anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan diharapkan mampu memenuhi tuntutan akademis. Tentu hal ini menjadi proses adaptasi yang menantang bagi anak sehingga anak diharapkan agar memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai untuk siap memasuki masa sekolah. 

Kesiapan sekolah diartikan sebagai kemampuan yang diperlukan oleh anak untuk memenuhi tuntutan kognitif, fisik, dan sosial untuk masuk sekolah. Beberapa peneliti membagi kesiapan sekolah menjadi 2 kategori, kesiapan kognitif dan non-kognitif. Kesiapan kognitif meliputi kemampuan bahasa dasar (literasi), berhitung (numerasi), dan kemampuan penalaran. Sementara, kesiapan non-kognitif meliputi kemampuan sosio-emosional dan keterampilan self regulation (misalnya motivasi, bekerjasama dan berbagi, ketekunan, perhatian, dan kompetensi sosial), keterampilan motorik kasar dan halus, dan kapasitas fisik yang dapat meningkatkan pembelajaran sekolah (misalnya kemampuan fisik untuk berpakaian untuk keperluan sekolah, kesehatan fisik untuk mengerjakan tugas sekolah, kemandirian fisik di kamar kecil, dan koordinasi gerakan motorik kasar dan halus). 

Pamela C. High dari Komite Anak Usia Dini, Adopsi, dan Perawatan Ketergantungan dan Dewan Kesehatan Sekolah American Academy of Pediatrics menjabarkan lebih detail terkait kesiapan sekolah anak. Kesiapan sekolah pada anak ditentukan oleh:

  • Kesejahteraan fisik dan perkembangan motorik, termasuk status kesehatan, pertumbuhan, dan disabilitas
  • Perkembangan sosial dan emosional, termasuk mampu bergiliran, kerja sama, empati, dan kemampuan ekspresi emosi diri
  • Pendekatan pembelajaran, termasuk antusiasme, rasa ingin tahu, temperamen, budaya, dan nilai;
  • Perkembangan bahasa, termasuk kemampuan mendengarkan, berbicara, dan kosa kata, serta keterampilan literasi, termasuk kesadaran cetak, rasa cerita (story sense), menulis dan menggambar
  • Pengetahuan dan kognisi umum, termasuk asosiasi huruf-suara, hubungan spasial, dan konsep bilangan

Menurut penelitian, anak-anak yang dapat beradaptasi secara sosial, fleksibel, matang secara fisik dan stabil secara emosional ditemukan lebih baik dalam mengikuti petunjuk, mengajukan pertanyaan, bekerja sama dengan teman, bekerja secara efektif baik secara mandiri maupun dalam kelompok, mengurangi perilaku yang mengganggu, menghormati orang lain dan properti mereka, dan berkomunikasi secara efektif. Selain itu, ada tiga kualitas yang diperlukan anak-anak untuk menjadi siap untuk sekolah adalah keterampilan intelektual, motivasi untuk belajar, dan kapasitas dan dukungan sosial-emosional yang kuat. 

Melihat pentingnya keterampilan kognitif dan non-kognitif yang harus dikuasai oleh anak agar siap untuk sekolah, penulis ingin berbagi tips kepada Sahabat Harapan untuk memfasilitasi dan mendukung anak agar mereka memiliki kesiapan sekolah. Anda dapat menyimak tips di bawah ini dan mencoba menerapkannya kepada anak/murid Anda: 

Melatih perkembangan fisik

Orang tua/guru dapat melatih perkembangan fisik anak agar anak mampu mengontrol keterampilan motorik kasar dan halus, memahami kesadaran spasial dan memiliki citra tubuh yang baik.

  • Gross Motor Control 

Orang tua/guru dapat melatih kontrol kemampuan motorik kasar anak, misalnya otot-otot besar di lengan, kaki dan seluruh tubuh. Anda dapat memberikan aktivitas seperti menari, berlari, berjalan, berenang, menyeimbangkan tubuh, melompat, memanjat, mengayuh sepeda dan lain-lain. 

  • Fine Motor Control

Ini termasuk melatih kontrol kemampuan motorik halus, misalnya otot-otot kecil seperti mata, jari, jari kaki dan lidah. Anda dapat memberikan aktivitas seperti menggambar, mewarnai, menggunakan gunting, mengancing baju, membuka/menutup resleting, mengikat simpul, memegang dan memukulkan paku dan palu, membongkar dan memasang bangunan dengan potongan-potongan kecil. Menyanyi lagu, mengucapkan puisi, dan sampaikan berita atau story telling juga dapat melatih lidah, mulut dan bibir untuk meningkatkan perkembangan bicara.

  • Spatial Awareness

Ini adalah cara anak memahami hubungan antara mereka sendiri dan objek. Anak sudah mampu memahami orientasi dan menempatkan diri mereka di belakang, di depan, bawah, atas, dalam atau di luar objek. Berlatih menempatkan objek di sebelah kanan dan kiri, atas, bawah, samping, dekat dan jauh.

  • Citra tubuh

Anak perlu tahu bagaimana tubuh mereka bergerak dan datang untuk mengetahui apakah mereka right-handed or left-handed. Latih anak untuk menggerakkan bagian lengan dan kaki kanan-kiri; membedakan kanan-kiri dan atas-bawah. Lakukan aktivitas melempar, menangkap, menendang, menggambar dan menulis untuk menentukan dominansi tangan kanan atau tangan kiri

Melatih perkembangan sosial dan emosional

Anak-anak yang siap sekolah, baik secara sosial maupun emosional biasanya memiliki rasa percaya diri, ramah, mampu mengembangkan hubungan baik, mampu berkonsentrasi dan bertahan pada tugas-tugas yang menantang, dapat mengkomunikasikan emosi dan dapat mengikuti instruksi. Mereka memiliki keterampilan mendengarkan yang baik dan penuh perhatian. Mereka memiliki konsep diri yang baik dan dapat memahami bagaimana tindakan mereka mempengaruhi yang lain. Mereka mulai berpikir dan bertindak secara mandiri dan bertanggung jawab dan dapat menangani beberapa masalah.

  • Orang tua/guru dapat memfasilitasi anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas permainan atau pembelajaran kelompok untuk menjalin kerja sama, berkompromi dan saling berbagi dengan teman. 
  • Berikan arahan atau instruksi sederhana, misalnya “Tolong simpan bukumu di dalam tas”; bacakan cerita untuk melatih anak berkonsentrasi mendengarkan, duduk tenang dan memusatkan perhatian dalam beberapa menit. 
  • Tetapkan rutinitas dan aturan kelas yang ajeg agar anak memiliki pola perilaku atau kebiasaan yang mendukung keberhasilan belajar. 

Melatih perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif yang dapat dilatih kepada anak meliputi kemampuan persepsi, kemampuan bahasa dan persiapan matematika dasar. 

  1. Persepsi

Anak-anak yang siap untuk kelas satu (sekolah dasar) mulai mengembangkan persepsi visual, pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan yang baik. Orang tua/guru dapat menyediakan kegiatan di mana anak dapat mengembangkan keterampilan: 

  • diskriminasi visual: mencari persamaan dan perbedaan seperti ukuran, bentuk, dan warna benda
  • pengurutan visual: mengurutkan objek dan gambar untuk membuat pola dan cerita
  • figure-ground differentiation: memilih bentuk tertentu atau geometri
  • konsistensi bentuk: membedakan antara bentuk dan simbol, meskipun ukuran, bentuk, atau warnanya berbeda
  • memori visual: menunjukkan objek tertentu kemudian anak mengingat kembali apa yang telah mereka lihat
  • analisis dan sintesis visual: memisahkan gambar, misalnya jigsaw puzzle dan menggabungkan kembali menjadi satu kesatuan
  • diskriminasi pendengaran: mengidentifikasi perbedaan antara suara misalnya, suara huruf, tepuk tangan, injakan, batuk
  • urutan pendengaran: menyalin urutan suara atau pola yang didengar
  • analisis dan sintesis pendengaran: memecah kata menjadi bunyi, mis. s-a-p-i dan disatukan lagi
  • auditory closure: kata atau frasa lengkap, misalnya “ular melingkar di _____ ? (pagar)”
  • memori pendengaran: memainkan permainan mengingat dan menceritakan kembali apa yang telah mereka dengar
  • hubungan pendengaran-visual: mendengar suara huruf atau angka dan menghubungkannya dengan simbolnya
  • menyentuh, mencium dan merasakan sesuatu.
  1. Kemampuan bahasa

Anak-anak perlu dilatih untuk mengembangkan:

  • kesadaran fonologis: kemampuan untuk memanipulasi suara ucapan
  • keterampilan reseptif: memperhatikan apa yang dikatakan; memahami apa yang dikatakan; mengingat apa yang mereka dengar
  • keterampilan insidental: menghubungkan suara mereka dengar dengan kata-kata atau huruf yang mereka lihat
  • keterampilan ekspresif: berbicara dengan jelas menggunakan kalimat dalam urutan yang benar dan dengan kosakata yang sesuai,
  • mendengarkan dan menanggapi cerita
  • mencocokkan suara ucapan, kata-kata dan angka ke simbolnya mis. nama, benda, huruf alfabet dan angka
  • berbicara tentang pengalaman, karya seni, permainan dan emosi mereka
  1. Persiapan Matematika

Anak dilatih melakukan kegiatan yang melibatkan:

  • klasifikasi: pengelompokan objek dengan sifat yang sama
  • sequencing: mengatur objek dalam pola atau urutan
  • nomor/angka: membandingkan dan menjelaskan kelompok objek menggunakan kata-kata seperti lebih, kurang, lebih sedikit, sama
  • waktu: membedakan antara periode waktu siang/malam, hari ini/besok/kemarin, sebentar/lama
  • ruang: menggambarkan posisi tubuh mereka dalam hubungannya dengan benda sekitarnya, mis. di belakang, di samping, di depan
  • pengukuran: manipulasi materi dan menggunakan kosakata untuk menunjukkan perbandingan antar objek, misalnya panjang/pendek, berat/ringan, penuh/kosong, lebih besar/kecil, banyak/kurang 

Melalui aktivitas-aktivitas di atas diharapkan orang tua/guru dapat memfasilitasi anak untuk mengasah keterampilan kognitif, sosial, fisik, dan emosional yang seimbang sehingga anak dapat siap untuk masuk sekolah dan pada akhirnya berhasil secara akademis di sekolah. Selain itu, orang tua/guru perlu bersikap positif pada anak tentang periode atau transisi ke sekolah karena proses ini mungkin saja menjadi pengalaman yang sulit bagi anak. Orang tua/guru sebaiknya memberikan dukungan yang maksimal kepada anak sampai anak benar-benar siap menghadapi tantangan yang ada di sekolah. Jika anak membutuhkan bantuan, orang tua/guru bersiap sedia untuk membantu dan mendukung mereka kapanpun. Orang tua juga dapat membina hubungan dengan komunitas sekolah, guru dan orang tua lainnya untuk memudahkan anak melakukan transisi ke sekolah dengan rasa aman, nyaman dan bahagia. 

References

  • Davies, S., Janus, M., Duku, E., & Gaskin, A. (2016). Using the Early Development Instrument to examine cognitive and non-cognitive school readiness and elementary student achievement. Early Childhood Research Quarterly, 35, 63-75.
  • High, P. C., & Committee on Early Childhood, Adoption, and Dependent Care. (2008). School readiness. Pediatrics121(4), e1008-e1015. 
  • Janus, M., & Duku, E. (2007). The school entry gap: socioeconomic, family, and health factors associated with children’s school readiness to learn. Early Education and Development, 18(3), 375–403. http://dx.doi.org/10.1080/ 10409280701610796a
  • Janus, M., & Gaskin, A. (2013). School readiness. In A. C. Michalos (Ed.), Encyclopedia of quality of life research. New York, NY: Springer.
  • National Institute for Educational Development (NIED). (2011). A school readiness/preparatory programme (5 weeks). Namibia: Ministry Of Education

2021 © All Rights Reserved. LembarHarapan.id