Kita seringkali harus mengambil keputusan-keputusan yang tidak dapat kita tarik kembali dalam hidup. Konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut tidak dapat kita hilangkan dari hidup kita dan harus terus kita jalani hingga akhir. Apabila konsekuensi yang harus dihadapi dari keputusan itu memberikan dampak negatif kepada emosi, perasaan, dan perilaku kita, muncullah rasa menyesal atas pengambilan keputusan itu sendiri. Penyesalan merupakan perasaan yang muncul karena tekanan dari keputusan yang kita ambil memberikan beban yang besar sehingga kita berasumsi bahwa keputusan yang berlawanan dari keputusan yang diambil akan memberikan konsekuensi yang lebih ringan. Hal ini tidak selalu benar karena didasari oleh asumsi kita sendiri, dimana kita pun belum pernah menjalani keputusan yang berlawanan dengan keputusan yang telah kita ambil.
Penyesalan dirasakan hampir semua orang sehingga pengalaman ini menjadi permasalahan universal. Banyak dari kita mengingat situasi yang kita hadapi dan bertanya kepada diri kita sendiri “Apa yang saya pikirkan?” atau memikirkan skenario alternatif “Seharusnya saya melakukan ini dan itu”. Banyak dari kita mengalami rasa kecewa dan sedih saat memikirkan apa yang mungkin terjadi dan membuat pilihan yang salah atau bodoh yang kemudian kita sesali. Berdasarkan penelitian, penyesalan terbesar berpusat pada pilihan-pilihan fatal dalam hidup, seperti pendidikan, karir, hubungan romantis (termasuk penyesalan karena telah memilih untuk melakukan perselingkuhan), pernikahan, parenting, dan pekerjaan. Pilihan dalam hal-hal tersebut memiliki konsekuensi jangka panjang yang tidak dapat ditarik kembali. Penyesalan lainnya dapat meliputi penyesalan yang berhubungan dengan keuangan, kesehatan, pertemanan, kesepian, dan lain sebagainya.
Apabila kita secara terus-menerus memikirkan mengenai penyesalan kita dalam hidup, ini menjadi tidak normal (maladaptive) dan dapat meningkatkan self-blame dan reaksi depresi. Perasaan yang kuat mengenai penyesalan dapat memberikan dampak secara emosi, kognitif, atau bahkan neuropsikologis. Penyesalan juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara personal dan menimbulkan masalah kesehatan mental. Penyesalan dan dampaknya terhadap diri kita sangat bergantung pada permasalahan self-esteem, keduanya memiliki hubungan timbal balik. Self-esteem yang rendah dapat meningkatkan perasaan menyesal dan perasaan menyesal dapat menurunkan self-esteem. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi circle atau pola yang membahayakan.
Bertambahnya usia juga dapat mempengaruhi penyesalan dan bagaimana kita menghadapi rasa menyesal itu. Bertambahnya usia membuat kita menyadari keterbatasan waktu sehingga kita lebih mampu untuk merefleksikan diri dari masa lalu yang telah kita hadapi. Dari sini, kita dapat mengenali kesalahan-kesalahan yang sudah kita ambil selama hidup dan mulai menghindari kesalahan di masa yang akan datang dengan pengalaman itu. Menganalisa penyesalan membuat kita memahami latar belakang perilaku kita, menemukan pola perilaku yang tidak sesuai, dan mengambil tindakan remidi (pengulangan dengan tujuan memperbaiki). Penyesalan dapat memberikan dampak positif yang bertujuan memperbaiki, membangun kembali, dan menemukan perspektif resolusi baru untuk dapat melanjutkan hidup kita.
Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk menghadapi penyesalan sehingga kita dapat melanjutkan hidup dengan keputusan yang sudah kita ambil?
Sadari bahwa perasaan menyesal merupakan perasaan yang wajar kita rasakan dalam setiap tahap dalam kehidupan. Kita tidak mampu memprediksi masa depan, jadi bagaimana bisa kita 100% yakin akan keputusan apapun? Nilai apa yang bisa kita ambil dari pilihan yang sudah kita ambil?
Ketika kita membuat suatu pilihan, kita membuat pertimbangan-pertimbangan dan mengambil pilihan itu dengan perasaan senang, aman, dan mengharapkan hasil yang baik. Fokuslah pada niat baik yang kita miliki di awal pengambilan keputusan itu dan renungkan pelajaran apa yang dapat kita ambil untuk kehidupan yang lebih baik.
Buat daftar hal-hal yang kita miliki saat ini dan kita syukuri. Ingatkan diri kita bahwa segala pilihan yang kita buat telah membawa kita ke posisi saat ini dimana kita memiliki banyak hal yang dapat disyukuri.
Apabila menyalahkan diri sendiri tidak memberikan keuntungan, maka yang harus kita lakukan adalah menghentikannya. Lakukan hal lainnya. Apa yang dapat kita lakukan? Pikirkan apa yang benar-benar kita inginkan, kebahagiaan, cinta, penerimaan, pencapaian, kebersamaan, rasa syukur, dan lain sebagainya. Fokus pada hal-hal itu. Berhenti berandai-andai akan sesuatu yang tidak dapat diubah lagi.
Negative self-talk terasa seperti pikiran otomatis yang tidak kita sadari. Apabila kita mendengarkan dengan seksama mengenai pikiran-pikiran itu, kita dapat menolaknya. Kita dapat memberikan argumen yang berbeda terhadap pikiran-pikiran negatif itu. Secara sadar, tantang pikiran-pikiran itu dan ubah pikiran negatif menjadi pernyataan-pernyataan positif. Apabila kita mengatakan kepada diri kita sendiri, “Saya orang yang bodoh! Saya seharusnya tidak melakukan itu!” perasaan yang akan muncul adalah rasa malu. Ketika kita mengatakan “Wow, saya seharusnya bisa melakukan yang lebih baik lagi. Saya harus mencoba hal lain di lain kesempatan.” Perasaan yang akan muncul adalah kekuatan atau semangat untuk mencoba lebih keras di lain kesempatan. (Baca lebih lengkap mengenai negative self-talk di https://lembarharapan.id/artikel/negative-self-talk/)
Penyesalan dan kebencian membuat kita menjadi tawanan pikiran dan emosi negatif. Beri diri kita kebebasan untuk menerima ketidaksempurnaan dan kesalahan. Minta maaf kepada orang-orang yang terkena dampak dari pilihan kita, termasuk diri kita sendiri. Percayalah bahwa kita akan menjadi individu yang lebih kuat, lebih bijaksana di masa yang akan datang.
Quotes mengenai penyesalan:
Dengan melakukan kesalahan, kita menyadari sesuatu yang baru tentang diri kita atau orang lain yang tidak kita sadari sebelumnya.
Dengan melakukan kesalahan dalam menilai sesuatu kita mendapatkan pengalaman berharga yang membuat kita dapat memberikan penilaian yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Akan selalu ada situasi dimana kita merasakan penyesalan, namun tidak dapat menarik kembali keputusan yang telah kita ambil. Namun, akan lebih baik apabila kita dapat melihat ke depan dengan penuh harapan dan tidak menoleh ke belakang dengan penuh penyesalan. Terdapat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari masa lalu kita sehingga daripada melihat ke belakang dengan penuh penyesalan, jadikan apa yang sudah terjadi sebagai pelajaran untuk tidak melakukan kesalahan yang sama di masa yang akan datang. Dalam menghadapi penyesalan, tantangannya bukan mengubah masa lalu, namun memberikan cahaya pada masa kini. Kita tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi pada kita, namun kita dapat mengubah bagaimana reaksi kita terhadap masa lalu dan bagaimana kita akan hidup di masa depan.
References:
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1