Pernahkah kamu merasa takut apabila seseorang menunjukkan ketertarikannya kepadamu, atau memberikan perhatian lebih kepadamu dengan cara yang tidak biasa?
Jatuh cinta dapat menjadi sesuatu yang indah bagi sebagian orang, namun bagi sebagian orang yang lain, jatuh cinta dapat menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Ketakutan untuk jatuh cinta dapat dimanifestasikan ke dalam berbagai bentuk perilaku dan dapat muncul pada tahapan yang berbeda-beda dalam sebuah hubungan.
Pada umumnya, ketakutan untuk jatuh cinta ini merupakan cara kita untuk melindungi diri dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkan oleh cinta itu sendiri. Proses yang kita lakukan untuk melindungi diri ini dapat memberikan rasa aman yang semu, dan menghalangi kita untuk mendapatkan kedekatan dan kehangatan yang kita butuhkan.
Ketakutan yang dirasakan setiap orang dilandasi oleh riwayat personal masing-masing orang sehingga jenis dan seberapa besar ketakutan yang dirasakan berbeda-beda dipengaruhi oleh pola kelekatan yang dibangun dan metode perlindungan psikologis yang dibentuk untuk melindungi diri dari luka masa kecil. Pola kelekatan dan metode perlindungan ini dapat menghambat dan mengganggu kehidupan romantis kita.
Lisa Firestone, seorang psikolog klinis yang berasal dari Amerika Serikat, mengkaji penyebab ketakutan untuk jatuh cinta. Berikut ini adalah 6 penyebabnya:
Membiarkan diri kita jatuh cinta berarti mengambil risiko besar. Kita menaruh kepercayaan yang besar terhadap orang lain dan memberikan mereka kemampuan untuk mempengaruhi kita sehingga kita merasa kelemahan kita ada pada orang tersebut. Hal ini membuat kita percaya bahwa semakin kita peduli, semakin besar kemungkinan kita untuk terluka.
Saat kita baru masuk ke dalam sebuah hubungan, kita tidak menyadari bagaimana hubungan itu akan dipengaruhi oleh riwayat kehidupan kita. Bagaimana kita disakiti dalam hubungan kita sebelumnya, mulai dari masa kecil kita, memiliki pengaruh kuat terhadap bagaimana kita mempersepsikan orang-orang di dekat kita dan bagaimana kita berperilaku di dalam hubungan romantis yang kita jalani. Hal ini membuat kita khawatir membuka diri kepada seseorang yang baru. Kita menjauhi hubungan karena hubungan itu membangkitkan rasa sakit, kehilangan, amarah, atau penolakan yang pernah kita rasakan sebelumnya.
Banyak dari kita merasa bahwa kita tidak dicintai. Kita kesulitan untuk percaya bahwa kita berharga dan orang lain bisa benar-benar peduli kepada kita. Kita semua memiliki critical inner voice, yaitu pikiran yang menjadi kritisi terbesar yang menyuarakan bahwa kita tidak berguna atau tidak pantas mendapat kebahagiaan. Critical inner voice ini terbentuk dari pengalaman masa kecil yang menyakitkan dan kritik yang kita terima pada masa kecil. Critical inner voice tertanam dalam diri kita, dan sebagai orang dewasa kita mengalami kesulitan untuk melawan pikiran itu. Pikiran-pikiran ini tidak menyenangkan dan berbahaya. Apabila orang lain melihat kita dengan cara yang berbeda, mencintai dan mengapresiasi kita, dari pikiran-pikiran ini, kita mulai merasa tidak nyaman dan berusaha untuk melindungi diri kita.
Setiap kali kita merasakan kesenangan atau mulai menghargai kehidupan secara emosional, kita mengantisipasi datangnya kesedihan. Hal ini membuat kita menjauh dari hal-hal yang dapat membuat kita merasa bahagia, karena hal-hal ini juga membuat kita merasakan kesedihan. Kita menjadi ragu untuk jatuh cinta karena takut akan kesedihan-kesedihan yang akan mengiringi jatuh cinta itu sendiri.
Banyak orang ragu-ragu untuk melanjutkan hubungan karena pasangannya “terlalu menyukai mereka.” Mereka khawatir apabila hubungan terus dilanjutkan, perasaan mereka tidak akan bertambah sehingga pasangan mereka akan merasa tersakiti. Faktanya, cinta merupakan sesuatu yang tidak seimbang, perasaan yang kita miliki terhadap seseorang akan selalu berubah. Kita akan memiliki momen-momen dimana rasa cinta kita akan lebih besar dari rasa cinta pasangan kita kepada kita, begitu juga sebaliknya.
Semakin banyak yang kita miliki, semakin banyak kemungkinan kita mengalami kehilangan. Semakin besar makna seseorang bagi kita, semakin kita takut kehilangan orang tersebut. Ketika kita jatuh cinta, kita tidak hanya takut kehilangan pasangan kita, namun kita menjadi lebih sadar akan mortalitas kita. Hidup kita saat ini memiliki lebih banyak makna sehingga pikiran bahwa kita akan kehilangan semuanya menjadi lebih menakutkan. Kita berusaha untuk menutupi ketakutan ini dengan mencari alasan untuk mengakhiri hubungan yang kita jalani.
Kamu sudah mengetahui alasan-alasan yang membuat kamu takut untuk jatuh cinta, sekarang saatnya kamu mencari tahu langkah apa saja yang bisa kamu ambil untuk melawan rasa takut itu sehingga kamu bisa menjalani hubungan yang sehat dalam waktu yang lama. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu memiliki rasa takut tersebut. Berikut ini adalah langkah-langkah lain yang dapat kamu ambil:
Identifikasi pikiran atau critical inner voice yang memenuhi pikiranmu sehingga kamu bisa mengidentifikasi pola pikirmu sendiri. Kamu mungkin akan menyadari bahwa kamu merasa marah setiap kali pasanganmu bergantung padamu, atau merasa ditolak apabila pasanganmu menatapmu dengan tatapan penuh kasih, atau hal lainnya. Setelah kamu mengenali pola pikirmu, kamu dapat melihat ke masa lalumu untuk mengetahui dari mana kamu mengadaptasi pola pikir penuh kritik tersebut. Sering kali, perilaku dan sikap yang kita saksikan dan alami selama masa kanak-kanak membentuk cara berpikir dan cara kita berperilaku sebagai orang dewasa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui latar belakang pola pikir dan perilakumu saat ini. Apakah kamu pernah mendapatkan penolakan dari orang tua atau pengasuh? Apakah orang tuamu menunjukkan pola komunikasi yang tidak ideal?
Saat kamu memahami bagaimana masa lalumu membentuk masa kinimu, kamu dapat melakukan satu tindakan paling bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hubunganmu, yaitu: berhenti melihat apa yang dilakukan pasanganmu sebagai gambaran dari apa yang terjadi di masa lalumu.
Proses berpikir ini akan terus mencoba membuat kamu jatuh setiap kali kamu berusaha untuk menjalin hubungan. Mengidentifikasi critical inner voice-mu akan membantu kamu memiliki sudut pandang baru dan menyadari bahwa semua itu tidak nyata. Kamu harus tahu bahwa tidak mendengarkan critical inner voice-mu berarti kamu harus melepaskan diri dari rasa aman dan hal ini akan menimbulkan kecemasan, namun kecemasan yang kamu rasakan adalah awal dari perubahan yang baik.
Pertahanan yang kamu bangun untuk melindungi dirimu sendiri merupakan bentuk hambatan bagi kamu untuk menjalani hubungan sehingga penting bagi kamu untuk dapat menantang pertahananmu itu. Berusahalah untuk keluar dari zona nyaman yang kamu bentuk untuk melindungi dirimu sendiri.
Cinta meningkatkan berbagai perasaan yang bisa kamu rasakan, mempermudah kamu untuk merasakan kesenangan, gairah, dan daya hidup. Namun, cinta juga membuat kamu menjadi lebih mudah merasakan rasa sedih dan kehilangan. Jatuh cinta dapat mengingatkan kamu pada rasa sakit yang pernah kamu rasakan sebelumnya. Ketika perasaan ini muncul, kamu harus terbuka dan merasakannya. Rasa sakit dan sedih yang kamu rasakan membuka peluangmu untuk merasa senang dan bahagia.
Dalam hubungan, sering kali kamu memainkan permainan, seperti “Jangan telpon dia duluan.” “Jangan bilang i love you duluan.” “Jangan langsung baca chat-nya.” “Chat-nya jangan langsung dibalas.” Perilaku-perilaku itu kamu anggap sebagai kelemahan dan menunjukkan membuat kamu berada di posisi yang tidak menguntungkan. Menunjukkan kelemahan yang kamu miliki merupakan tanda kekuatan, bukan kelemahan. Itu berarti kamu berani menunjukkan perasaanmu yang sebenarnya. Ketika kamu melakukannya, kamu belajar bahwa kamu dapat bertahan meskipun disaat kamu merasakan sakit. Kamu dapat hidup dengan lebih jujur, karena kamu tetap menjadi dirimu sendiri meskipun orang-orang di sekitarmu tidak sempurna.
Mengenal ketakutan yang kita rasakan dan pengaruhnya terhadap perilaku kita di dalam hubungan menjadi langkah penting untuk memiliki hubungan yang sehat dan memuaskan. Semakin kita mengenal diri kita sendiri, kita memberi kesempatan kepada diri kita untuk menemukan dan mempertahankan cinta yang sehat dalam jangka waktu yang panjang.
Kita dapat memulai untuk menantang diri kita sendiri untuk menerima cinta dan menunjukkan cinta kepada pasangan kita. Setiap langkahnya merupakan proses panjang yang harus kita lalui untuk melepaskan diri dari batasan-batasan yang kita bangun untuk diri kita sendiri. Dalam prosesnya kita mungkin terluka, namun ingatlah bahwa itu adalah proses untuk tumbuh dan belajar dan kita dapat bangkit dari luka itu sendiri.
References:
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1