Pernahkah Anda diperlakukan tidak adil oleh seseorang hanya karena Anda adalah seorang ibu pekerja? Atau, dianggap bukan ibu sejati karena harus meninggalkan anak-anak Anda di rumah saat Anda sedang bekerja?
Menjadi seorang ibu menjadikan wanita memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anak. Namun di sisi lain, menjadi seorang ibu juga mengubah persepsi masyarakat dan lingkungan sosial tentang wanita. Menjadi seorang ibu yang bekerja bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan siapa saja dan tidak setiap orang dapat menerima konsep ibu pekerja, terutama di Indonesia. Menyeimbangkan kehidupan sebagai seorang ibu dan tetap memperoleh kemandirian finansial merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Perempuan sering kali dilihat sebagai ibu atau sebagai pekerja, tapi tidak sebagai keduanya. Kenyataannya, pekerjaan sebagai seorang ibu tidak lepas dari perempuan meskipun ia adalah seorang pekerja.
Banyak wanita yang memulai keluarga saat sudah bekerja, dan beberapa lainnya mungkin merasa perlu untuk kembali bekerja lebih cepat dari yang diharapkan pada periode postpartum (masa nifas). Ibu yang bekerja menggabungkan kesuksesan karir yang memberikan kemandirian finansial dan proses membesarkan anak yang efektif. Seseorang dapat mendefinisikan ibu yang bekerja sebagai seorang wanita dengan kemampuan untuk menggabungkan karir dengan tanggung jawab tambahan untuk membesarkan anak. Peran dominan dalam pengasuhan anak jatuh pada ibu sehingga tanggung jawab ini mempengaruhi kehidupan pekerjaan wanita, dan tanggung jawab yang sama tidak mempengaruhi kehidupan pekerjaan laki-laki. Pekerjaan sebagai ibu dan sebagai pekerja merupakan pekerjaan yang sangat menuntut, dan tidak mudah untuk menyeimbangkan keduanya.
Beban stres bisa sangat tinggi di antara ibu yang bekerja dan ini mungkin sering tercermin dalam hubungan dengan keluarga di rumah. Tekanan untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, menyekolahkan anak dan memenuhi semua tenggat waktu anak-anak termasuk yang berhubungan dengan makanan dan pakaian, dan terdesak waktu untuk mengurus rumah secara bersamaan. Pekerjaan rumah masih dianggap sebagai pekerjaan wanita saja sehingga tanggung jawab yang dipikul bertambah.
Anak yang sakit secara tiba-tiba merupakan sesuatu yang sulit ditangani. Sering kali ada kebutuhan untuk menggunakan dan memanfaatkan cuti dengan upah tidak dibayar dan ketidakhadiran yang tidak terduga dari pekerjaan. Beberapa pemberi kerja akan mempertimbangkan kebutuhan cuti mendadak pada wanita dengan anak kecil.
Hubungan seksual dengan pasangan juga dapat dapat terganggu pada ibu pekerja. Hal ini berkaitan dengan kurangnya waktu dan kelelahan yang dirasakan, terutama apabila kedua pasangan memiliki jam kerja yang panjang.
Mengingat banyaknya beban yang dialami oleh ibu pekerja, tentu saja keputusan ibu untuk bekerja tidak dibuat dengan mudah. Banyak sekali pertimbangan yang dibuat saat memutuskan untuk bekerja. Keputusan untuk kembali bekerja pada umumnya dilandasi oleh kebutuhan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Ketika Anda memutuskan untuk kembali bekerja setelah menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak, ada dua hal yang terjadi. Hal pertama adalah kecukupan secara finansial. Kedua adalah rasa bersalah dan rasa rindu terhadap anak-anak. Anda tidak hanya ingin menghabiskan waktu dengan anak-anak Anda, tetapi Anda juga mungkin merasa Anda melakukan kesalahan dengan meninggalkan mereka dengan pengasuh atau di tempat penitipan anak. Anda berharap dapat menemukan jalan tengah agar Anda tidak secara terus-menerus merasa bersalah sehingga Anda dapat menikmati pekerjaan Anda.
Yang perlu Anda ketahui adalah bahwa berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yang paling penting adalah kualitas waktu yang Anda habiskan dengan anak-anak Anda, bukan kuantitasnya. Dengan kata lain, lebih baik Anda menghabiskan satu atau dua jam yang bermakna bersama daripada sepanjang hari saat Anda lelah dan tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada anak-anak Anda. Ibu yang baik bukanlah ibu yang menghabiskan sepanjang waktu dengan anaknya, melainkan ibu yang berusaha untuk mengesampingkan kebutuhannya untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya sehingga anak-anaknya dapat mencapai kesejahteraan emosional. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa permasalahan yang terjadi dalam hubungan pernikahan atau perkembangan anak tidak disebabkan oleh ibu yang bekerja, namun lebih disebabkan oleh kondisi keluarga, sikap dan ekspektasi dari orang tua, dan pemanfaatan waktu dalam keluarga.
Kesempatan untuk memilih menjadi ibu penuh waktu tidak dimiliki semua orang. Hal ini dilandasi oleh kebutuhan ekonomi untuk memberikan fasilitas, pendidikan, dan nutrisi yang terbaik bagi anak-anak. Keputusan untuk menjadi ibu pekerja tidak dilakukan tanpa beban, semuanya dilakukan dengan penuh pertimbangan. Hal ini membuat kita tidak memiliki hak untuk memberikan penilaian yang menjatuhkan bagi para ibu pekerja, karena bekerja atau tidak bekerja, keduanya melakukan yang terbaik untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka dengan cara mereka masing-masing.
References:
Zafirah adalah seorang psikolog klinis dengan spesialisasi pada psikologi klinis anak dan dewasa. Zafirah menyelesaikan pendidikan Sarjana Psikologi di Universitas Tarumanagara dan pendidikan Magister Psikologi Profesi Klinis di Universitas Airlangga. Zafirah memiliki ketertarikan pada berbagai permasalahan psikologis, seperti kecemasan, depresi, permasalahan perilaku dan intelektual pada anak, permasalahan dalam hubungan dan pernikahan, serta permasalahan psikologis lainnya.
Zafirah percaya bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menghadapi segala permasalahan yang dihadapi dalam hidup, mereka hanya memerlukan orang yang tepat untuk diajak berdiskusi mengenai permasalahan itu.
No. SIPP (Surat Ijin Praktek Psikologi): 3357-21-2-1