Pelecehan Seksual: Apa yang Bisa Anda Lakukan untuk Membantu?

Pelecehan seksual adalah setiap aktivitas seksual yang terjadi tanpa persetujuan, meliputi sentuhan yang tidak diinginkan, pemerkosaan, dan tindakan seksual lainnya. Pelecehan seksual merupakan masalah serius di masyarakat yang sering tidak dilaporkan.

Apa saja bentuk pelecehan seksual?

Pelecehan seksual mencakup berbagai bentuk perilaku seksual yang dilakukan tanpa persetujuan. Segala bentuk pelecehan seksual merupakan perilaku yang melanggar hukum pertanda, namun tidak seluruhnya masuk ke dalam bentuk perilaku kriminal. Berikut ini adalah contoh perilaku pelecehan seksual:

  1. Membuat kondisi pekerjaan tergantung pada kesediaan untuk melakukan perilaku seksual tertentu, baik secara eksplisit maupun implisit.
  2. Tindakan kekerasan seksual secara fisik, seperti pemerkosaan.
  3. Permintaan untuk melakukan perilaku seksual tertentu.
  4. Pelecehan verbal yang bersifat seksual, termasuk lelucon yang mengacu pada tindakan seksual atau orientasi seksual tertentu.
  5. Sentuhan atau kontak fisik yang tidak diinginkan.
  6. Membahas hubungan/cerita/fantasi seksual di tempat kerja, sekolah, atau tempat lain yang tidak pantas.
  7. Terlibat secara seksual karena paksaan atau tekanan.
  8. Mengekspos diri sendiri saat melakukan tindakan seksual tertentu.
  9. Foto, email, atau pesan teks yang mengandung unsur seksualitas dan tidak diinginkan.

Apa saja dampak psikologis korban pelecehan seksual?

Pelecehan seksual merupakan masalah yang sangat luas dan memiliki hubungan yang kompleks dengan masalah kesehatan mental. Pelecehan seksual dapat menyebabkan syok, ketakutan, kemarahan, kesedihan, hingga trauma pada korbannya. Korban pelecehan seksual dapat mengalami cedera secara fisik di area-area genital, serta berbagai gangguan psikologis. Korban pelecehan seksual mengalami kilas balik ingatan dari pelecehan yang dialami, insomnia, waspada berlebih, atau menghindari lingkungan sosialnya. Penelitian menunjukkan bahwa korban pelecehan seksual mengalami gejala gangguan stress pasca trauma (PTSD), depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat/obat terlarang. Tidak sedikit yang juga memiliki ide bunuh diri, hingga melakukan percobaan bunuh diri.

Gangguan psikologis yang dialami korban pelecehan seksual meningkatkan risiko korban untuk kembali mengalami pelecehan seksual, terutama yang dilakukan oleh pelaku yang sama. Hal ini terjadi karena adanya abuse of power, yang sering dilakukan oleh pelaku pelecehan/kekerasan, yaitu tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh seseorang yang memiliki kekuatan/kekuasaan terhadap orang lain yang lebih lemah. Pelaku pelecehan seksual memanfaatkan kondisi korban yang menjadi sangat rentan akibat munculnya gejala kecemasan atau depresi sehingga pelecehan seksual lebih mungkin terjadi kembali.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi respon individu terhadap trauma, dan reaksi psikologis sangat bervariasi antarindividu. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat memperparah dampak psikologis dari pelecehan seksual yang dialami korban:

  1. Korban percaya bahwa pelaku akan membunuh atau melukai mereka secara fisik, atau keduanya.
  2. Pelecehan seksual yang dilakukan tidak hanya percobaan, melainkan sudah sampai melakukan perilaku tertentu, seperti pemerkosaan.
  3. Pelaku pelecehan seksual adalah seseorang yang dikenal oleh korban sehingga perasaan dikhianati semakin besar dirasakan.
  4. Korban pelecehan seksual mengalami disosiasi, yaitu proses pemisahan memori dan emosi dari kesadaran utama, saat pelecehan berlangsung atau menunjukkan gejala disosiasi segera setelah pelecehan terjadi.
  5. Korban pelecehan seksual tidak dapat bergerak selama pelecehan seksual dilakukan karena respon dari sistem saraf menghambat gerakan, atau karena kekangan eksternal.
  6. Korban pelecehan seksual sangat muda atau sangat tua saat pelecehan berlangsung.
  7. Korban pelecehan seksual pernah mengalami trauma psikologis sebelumnya atau memiliki riwayat gangguan psikologis, atau keduanya.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat keparahan dampak psikologis korban pelecehan seksual adalah respon dari lingkungan terhadap pelecehan seksual yang dialami. Sebagai contoh, apabila lingkungan korban mengabaikan pelecehan seksual yang dialami korban karena ketidaktahuan, menganggap apa yang dialami korban adalah masalah sepele, atau bahkan menyalahkan korban atas apa yang dialaminya.

Apa yang bisa Anda lakukan apabila Anda menyaksikan seseorang melakukan pelecehan seksual?

Bertindak dan membantu orang lain yang mungkin mengalami atau memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami kekerasan seksual bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Apabila Anda memilih untuk membantu, Anda bisa melakukannya dengan memberikan kesempatan kepada korban untuk mengamankan diri atau meninggalkan situasi tertentu. Di bawah ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda ambil apabila Anda melihat seseorang mengalami pelecehan seksual–ingat untuk CARE–dan tentu saja, utamakan keselamatan diri Anda setiap saat.

  • Create a distraction (membuat pengalihan perhatian)

Lakukan apa yang Anda bisa untuk menginterupsi pelecehan, atau mengalihkan perhatian mereka yang terlibat dalam pelecehan. Tetapi ingat untuk memastikan bahwa Anda tidak menempatkan diri Anda dalam bahaya dengan melakukan ini. Jika pelaku tampak seperti seseorang yang bisa melakukan kekerasan, jangan menarik perhatian mereka.

  • Ask directly (tanyakan secara langsung)

Bicara langsung dengan korban. Jika mereka dilecehkan di tempat kerja atau sekolah, tawarkan untuk menemani korban kapanpun mereka harus bertemu dengan pelaku pelecehan seksual. Jika seorang teman khawatir berjalan sendirian ke mobilnya di malam hari, tawarkan untuk berjalan bersamanya.

  • Refer to an authority (merujuk ke otoritas)

Cara paling aman adalah membawa figur otoritas. Anda dapat berbicara dengan karyawan lain, penjaga keamanan, guru di sekolah, security, dan sering kali mereka bersedia untuk memberikan bantuan.

  • Enlist others (ajak orang lain untuk membantu)

Membantu seorang diri terkadang terasa sulit, terutama apabila Anda mengkhawatirkan keamanan Anda atau jika Anda merasa tidak dapat membantu sendirian. Anda dapat meminta bantuan lebih banyak orang untuk berdiri bersama Anda menentang pelecehan seksual yang terjadi di sekitar Anda.

Apa yang harus dilakukan apabila Anda atau orang terdekat Anda adalah korban pelecehan seksual?

Apabila Anda atau orang terdekat Anda adalah korban pelecehan seksual, terdapat beberapa hal yang bisa Anda lakukan, yaitu:

  1. Anda dapat mulai mengumpulkan bukti pelecehan, baik berupa bukti pesan, hasil visum bagi pelecehan seksual yang mengindikasikan adanya kekerasan fisik. Visum dapat dilakukan di pelayanan kesehatan terdekat.
  2. Bawa barang bukti yang sudah Anda kumpulkan ke kantor polisi terdekat. Selain ke kantor polisi, Anda dapat melaporkan tindak pelecehan seksual ke Komnas Perempuan, Kementerian Hukum dan HAM, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A).
  3. Apabila laporan yang Anda buat diabaikan oleh pihak kepolisian, Anda dapat melaporkan pihak kepolisian ke Ombudsman sehingga pihak kepolisian yang mengabaikan laporan Anda dapat ditindak.
  4. Carilah bantuan dari profesional, psikolog atau psikiater, apabila Anda membutuhkan bantuan untuk menghadapi trauma setelah mengalami pelecehan seksual.

Dalam menghadapi kasus pelecehan seksual, yang terpenting adalah kenyamanan dan keamanan korban. Jadilah tempat yang aman dan nyaman bagi korban pelecehan seksual untuk mengadu. Hilangkan pikiran-pikiran yang menyalahkan korban, karena korban pelecehan seksual adalah korban dan tidak ada yang dapat mengubah fakta itu, apapun jenis pakaian yang dikenakan korban.

References:

  • Brooker, C., & Tocque, K. (2016). Mental health risk factors in sexual assault: What should Sexual Assault Referral Centre staff be aware of?. Journal of forensic and legal medicine, 40, 28-33.
  • Campbell, R., Dworkin, E., & Cabral, G. (2009). An ecological model of the impact of sexual assault on women’s mental health. Trauma, Violence, & Abuse, 10(3), 225-246.
  • Gilmore, A. K., Walsh, K., Frazier, P., Meredith, L., Ledray, L., Davis, J., … & Resnick, H. S. (2019). Post-sexual assault mental health: a randomized clinical trial of a video-based intervention. Journal of interpersonal violence, 0886260519884674.
  • Mason, F., & Lodrick, Z. (2013). Psychological consequences of sexual assault. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 27(1), 27-37.
2021 © All Rights Reserved. LembarHarapan.id