Gerakan Tutup Mulut (GTM) pada Anak: Penyebab, Dampak, dan Strategi Penanganannya

Gerakan Tutup Mulut (GTM) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku anak-anak, khususnya balita, yang menolak makan atau sangat pemilih terhadap makanan. Masalah ini sering kali menjadi kekhawatiran bagi orang tua karena dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Artikel ini akan membahas faktor-faktor penyebab GTM, dampaknya pada kesehatan anak, serta strategi efektif untuk mengatasinya.

Faktor Penyebab Gerakan Tutup Mulut

GTM dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Secara biologis, beberapa anak mungkin memiliki kepekaan rasa yang lebih tinggi, yang membuat mereka menolak makanan tertentu karena tekstur, rasa, atau baunya. Faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam preferensi makanan anak.

Dari sudut pandang psikologis, GTM sering kali terkait dengan tahap perkembangan normal anak. Pada usia tertentu, anak-anak mulai menunjukkan kemandirian dan kontrol diri, termasuk dalam memilih makanan. Penolakan makan bisa menjadi cara bagi anak untuk mengekspresikan keinginan mereka untuk mandiri. Stres dan kecemasan juga dapat mempengaruhi nafsu makan anak, seperti yang terjadi pada situasi perubahan besar dalam hidup mereka, seperti pindah rumah atau kelahiran adik baru.

Lingkungan makan juga memainkan peran penting. Pola makan keluarga, kebiasaan makan, dan paparan terhadap berbagai jenis makanan dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Misalnya, anak-anak yang sering melihat orang tua atau saudara yang pemilih makanan cenderung meniru perilaku tersebut.

Dampak Gerakan Tutup Mulut pada Kesehatan Anak

GTM yang berkepanjangan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan anak. Salah satu dampak utama adalah malnutrisi. Anak yang menolak berbagai jenis makanan mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kekurangan nutrisi seperti zat besi, kalsium, dan vitamin dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti anemia dan masalah perkembangan tulang.

GTM dapat mempengaruhi perkembangan emosional dan sosial anak. Anak yang memiliki masalah makan sering kali merasa cemas atau frustrasi selama waktu makan yang dapat menyebabkan stres tambahan bagi mereka dan keluarga. Hubungan keluarga juga bisa tegang karena konflik yang muncul akibat kebiasaan makan anak.

Strategi Penanganan Gerakan Tutup Mulut

Mengatasi GTM memerlukan pendekatan yang sabar dan konsisten. Berikut beberapa strategi yang dapat membantu:

  1. Ciptakan Lingkungan Makan yang Positif: Membuat waktu makan menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bebas dari tekanan adalah langkah penting. Menghindari paksaan atau hukuman saat anak menolak makan dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan anak terkait dengan makan.
  2. Tawarkan Pilihan Makanan yang Beragam: Paparan terhadap berbagai jenis makanan sejak dini dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang sehat. Meskipun anak menolak makanan baru pada awalnya, teruslah menawarkan makanan tersebut tanpa memaksa. Penelitian menunjukkan bahwa diperlukan beberapa kali paparan sebelum anak menerima makanan baru.
  3. Libatkan Anak dalam Proses Makan: Mengajak anak untuk terlibat dalam memilih, menyiapkan, dan menyajikan makanan dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan. Memberikan anak peran dalam proses makan membantu mereka merasa lebih terlibat dan bersemangat untuk mencoba makanan baru.
  4. Jadilah Contoh yang Baik: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua dan saudara mereka. Menunjukkan kebiasaan makan yang sehat dan sikap positif terhadap makanan dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Mengajak seluruh keluarga untuk mencoba makanan baru bersama-sama juga dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan.
  5. Konsultasikan dengan Profesional Kesehatan: Jika GTM berlanjut dan menyebabkan kekhawatiran tentang kesehatan dan pertumbuhan anak, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan panduan lebih lanjut dan jika perlu, merujuk anak ke terapis makan atau spesialis lainnya.

Referensi

Daniels, L. A., Mallan, K. M., Battistutta, D., Nicholson, J. M., Meedeniya, J. E., Bayer, J. K., & Magarey, A. (2018). Child feeding practices and parenting style: A cross-sectional study of Australian children aged 2–3 years. Appetite, 74, 9-18.

Haycraft, E., & Blissett, J. M. (2019). Predictors of Picky Eating in Childhood. Appetite, 130, 163-168.

Johnson, S. L., & Taylor-Holloway, L. A. (2018). Non-Hunger Eating Motivations and Family-Style Meal Service Are Associated with Healthier Child Dietary Intakes in Preschool. Childhood Obesity, 11(5), 541-551.

Ramos, C. G., & Silverman, A. H. (2017). Pediatric Feeding Disorders: Evaluation and Treatment. Children, 8(5), 199-208.

Taylor, C. M., Hays, N. P., & Emmett, P. M. (2019). Diet at Two Years of Age Predicts How Varied a Diet Is at Five Years of Age: Findings from the Avon Longitudinal Study of Parents and Children. Journal of Developmental & Behavioral Pediatrics, 39(7), 624-631.

2021 © All Rights Reserved. LembarHarapan.id